search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
30% dari 100 Ribu Kematian Balita Disebabkan Diare
Minggu, 8 Juni 2008, 14:55 WITA Follow
image

Beritabali.com

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Direktur Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman, Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum, Susmono mengatakan kematian balita (bawah lima tahun) akibat penyakit diare mencapai sekitar 30% dari setiap 100.000 kematian balita di Indonesia tiap tahun.

“Setiap kematian 100.000 balita di Indonesia per tahun, tercatat ada sekitar 31.200 orang atau 30% lebih disebabkan menderita diare sebagai akibat buruknya sanitasi,” ujar Susmono, usai membuka Lomba Menggambar dan Pidato bagi Anak-anak Sekolah Dasar (SD) dengan tema ‘Menjaga Air Sumber Kehidupan’, Minggu (8/6) di Sanur.

Menurut Susmono, jika dikaitkan dengan akses ke toilet atau jamban di setiap keluarga di Indonesia, sesuai data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006, menyebutkan bahwa baru 55% rumah tangga yang memiliki akses sanitasi dan toilet secara memadai. Itu artinya masih ada sekitar 100 juta masyarakat Indonesia yang hidup dengan sanitasi buruk.

Terkait hal tersebut, saat ini terus digencarkan kampanye nasional program Tahun Sanitasi Internasional (IYS) 2008. Tujuannya untuk mempromosikan sanitasi sebagai faktor penting untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.

Sanitasi yang baik akan berdampak positif pada pengurangan kemiskinan dan pembangunan sosial, karena akan mengurangi penyakit, meningkatkan gizi anak, meningkatkan daya tangkap anak sekolah serta sekaligus meningkatkan produktivitas bagi orang dewasa.

Melalui kampanye nasional IYS 2008 ini, pemerintah dihimbau mengambil tindakan untuk mengatasi sanitasi buruk dan mengalokasikan dana untuk pembangunan prasarana sanitasi.

“Kampanye ini juga mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk secara swadaya membangun MCK (mandi cuci kakus) yang benar atau sesuai standar kesehatan
dan lingkungan, serta menjadikan sanitasi dan kebersihan sebagai budaya atau kebiasaan,” papar Susmono.

Dipilihnya anak-anak SD dalam peserta lomba tersebut, menurut Susmono, karena anak-anak dinilai memiliki efek ganda bila diberikan pendidikan. Yakni selain untuk dirinya sendiri juga akan bercerita dan akan sampai kepada orang tuanya.

Lagi pula, dalam jangka panjang sekitar 11 tahun ke depan, akan mampu membentuk pola pikir yang lebih baik pada diri si anak tentang sanitasi dan peranan air dalam kehidupan. (sss)

Reporter: -



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami