search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Dulu Turis Asing Merangkap Jadi Gigolo
Minggu, 21 Agustus 2011, 06:08 WITA Follow
image

flickr.com/jalan pantai kuta tahun 1972

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, BADUNG.

Sejak jaman turis 'hippies' tahun 1970-an, gigolo atau pria 'penghibur' sudah ada di kawasan wisata Kuta. Namun gigolo di Kuta waktu itu  hampir semuanya warga negara asing. Para gigolo asing ini berkencan dengan sesama turis asing lainnya. Berikut penuturan pendiri Balawista atau penyelamat  Pantai Kuta, I Gde Berata, salah seorang saksi sejarah perjalanan wisata kuta sejak era tahun 1960 an.

Tahun 1960 an hingga 1970 an jumlah wisatawan asing di Kuta masih sedikit sekali. Wisatawan yang dikenal dengan 'hippies' (turis bergaya gembel dan menerapkan gaya hidup bebas) menetap di penginapan-penginapan di sekitar pantai Kuta dalam kurun waktu lama mulai 1 hingga 3 bulan.

"Tahun 1970-an kawasan wisata Kuta berkembang sebagai koloni 'hippies'. Turis bergaya 'gembel' datang dari seantero dunia dengan membawa gaya hidup bebas, Mereka tinggal di rumah penduduk yang bernama pension," tutur Berata.

Di jaman itu, yang namanya gigolo sudah ada di kawasan Kuta. Tapi gigolo di Kuta waktu itu hampir semuanya warga negara asing, terutama turis pria asing yang sudah kehabisan bekal atau uang.  

"Para gigolo asing ini berkencan dengan sesama turis asing wanita lainnya. Waktu itu hampir semua gigolo-gigolo yang ada di Kuta merupakan turis asing, jarang sekali ada warga lokal atau orang Indonesia. Dulu gigolo di Kuta tidak kelihatan mencolok. Tapi orang-orang yang ada di sekitar pantai Kuta waktu itu sudah tahu siapa saja yang berprofesi sebagai gigolo," ujar Beratha.

Profesi gigolo waktu itu juga didukung oleh kondisi pantai Kuta waktu itu yang masih terbilang bebas. Akhir tahun 1960 an hingga Tahun 1970 an, turis 'hippies' boleh telanjang bebas, bercampur baur tanpa ada yang membatasi atau melarang.

"Pada perkembangan selanjutnya, para gigolo asing di Kuta terus eksis hingga tahun 1980 an menjual jasa layanan seks bagi yang membutuhkan. Sementara warga lokal di Kuta juga sudah mulai ada yang menjadi gigolo namun jumlahnya sedikit dan  hanya menjadikannya sebagai sampingan atau untuk senang-senang semata," kata Beratha.

Fasilitas mewah, uang banyak, dan kenikmatan seks, menjadi daya tarik utama bagi para pria yang terjun ke profesi gigolo. Wanita-wanita bule atau warga asing sering memberi fasilitas yang berlebih kepada para gigolo-gigolo di Kuta, sehingga banyak yang tertarik untuk menjalani perkerjaan ini.

 



Ada gula ada semut. Pada perkembangan selanjutnya, orang-orang dari luar Bali mulai berdatangan ke Kuta, untuk mengadu peruntungan menjadi gigolo di kawasan wisata pantai Kuta. 

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami