search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Malam Pengerupukan, Ribuan Ogoh-ogoh Diarak Keliling Desa
Jumat, 20 Maret 2015, 22:14 WITA Follow
image

beritabalicom/dewa sabar

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, BADUNG.

Sehari menjelang hari raya Nyepi atau malam pengerupukan, ribuan ogoh-ogoh atau patung yang terbuat dari perpaduan kayu, bambu dan kertas yang dirangkai berbagai bentuk, Jumat (20/3/2015) diarak menglilingi masing-masing banjar dan desa di Pulau Bali.

Ogoh-ogoh yang diarak berkeliling oleh warga desa di Bali memiliki berbagai macam bentuk dan rupa tergantung keinginan warga setempat. Ogoh-ogoh umumnya berbentuk maklum menyeramkan seperti raksasa maupun tokoh pewayangan.

Tokoh adat Kuta, Dewa Gede Mayun, mengatakan ogoh-ogoh merupakan cerminan dari sifat jelek dan roh jahat. Diaraknya, ogoh-ogoh ke jalan disetiap banjar atau desa di Bali untuk memberitahukan kalau ogoh-ogoh mencerminkan sifat buruk atau roh jahat.

"Ogoh-ogoh merupakan simbol atau sifat-sifat jelek, seperti, amarah, dengki, sombong, iri hati, asusila dan lain sebagainya," ujar Penglingsir Puri Satria Dalem Kaleran Kuta saat ditemui Beritabali.com, Jumat malam (20/3/2015).

Lebih jauh Kelian Adat Banjar Tegal Kuta ini mengakui jika bentuk kreasi ogoh-ogoh di Bali biasanya melambangkan 'butakala' atau lambang kekuatan jahat. "Namun terkadang ada juga ogoh-ogoh berbentuk tokoh tertentu atau bentuk khusus yang bermaksud sindiran sosial atau sekedar lucu-lucuan yang bermaksud menghibur warga," pungkasnya.

Reporter: bbn/rob



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami