search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Gerhana Bulan Kadasa, Pertanda Kurang Baik dalam Tradisi Bali
Sabtu, 4 April 2015, 12:45 WITA Follow
image

bbn/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Fenomena alam gerhana bulan total kembali terjadi, Sabtu (4/4/2015). Bagi orang Kristen, gerhana bulan yang biasa disebut "bulan merah darah" (blood moon) ini dimaknai secara khusus karena terjadi dalam suasana perayaan hari Paskah.

Bagi orang Bali, gerhana bulan kali ini mendapat catatan tersendiri karena terjadi sehari setelah Purnama Kadasa. Tahun lalu, juga pada Sasih Kadasa (bulan ke sepuluh dalam kalender Bali), terjadi gerhana matahari cincin.

Gerhana bulan total bisa dilihat dari wilayah Indonesia. Gerhana diperkirakan mulai pukul 15.59.6 Wita. Tapi, gerhana total dimulai pukul 18.54.1 Wita. Puncak gerhana pada pukul 19.00.2 Wita dan berakhir pada pukul 19.06.3 Wita.

Banyak orang meyakini gerhana bulan Sabtu sore, sebagai pertanda kurang baik. Dalam tradisi Bali, gerhana bulan yang terjadi pada Sasih Kadasa memang dimaknai sebagai pertanda tidak baik.

Orang Bali meyakini gerhana bulan saat Sasih Kadasa sebagai pertanda raja atau pemerintah sedang bertentangan dan terjadi krisis ekonomi (penghidupan).

Selain itu, tradisi Bali juga meramalkan gerhana berdasarkan hari terjadinya. Jika gerhana bulan terjadi pada hari Sabtu, seperti gerhana bulan total hari ini (4/4/2015), diyakini sebagai pertanda akan muncul banyak pencuri dan garam akan susah dicari.

Garam yang susah dicari, menurut sejumlah penekun spiritual merupakan simbolik susahnya mencari penghidupan.

Pertanda ini kemudian dikaitkan dengan kondisi sosial, politik dan ekonomi masyarakat belakangan ini. "Soal pemerintahan yang bertentangan sepertinya memang terbukti. Begitu juga mengenai krisis ekonomi memang sedang kita alami," kata Nyoman Sarja, seorang warga Badung.

 

Namun, gerhana bulan sebetulnya sebuah fenomena alam biasa. Gerhana bulan total terjadi saat seluruh penampang bulan terutup oleh bayangan bumi. Bumi berada di antara matahari dan bulan sehingga cahaya matahari tidak bisa mencapai bulan karena terhalangani bumi. Gerhana bulan bisa dilihat dengan mata telanjang serta tidak berbahaya bagi manusia.

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami