search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Sejarah Nasi Jango Versi Gogonk Kuliner Adventure
Kamis, 15 Oktober 2015, 21:10 WITA Follow
image

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Beritabali.com, Denpasar. Bali mempunyai kuliner khas yakni "Nasi Jenggo". Hampir semua warga Bali mengenalnya. Wisatawan yang datang ke Bali juga kerap mencobanya. Berikut sejarah nasi Jenggo Bali versi Gogonk Kuliner Adventure.
 
Sejarah nasi Jenggo berawal dari kawasan Suci Kota Denpasar. Lokasi yang kini menjadi sentra penjualan perhiasan emas dan parkir bawah tanah, pada akhir tahun 70 an, tempat ini masih merupakan  terminal angkut khusus untuk bemo roda tiga. Nama terminal angkut tersebut adalah Penambangan Suci. 
 
Kala itu,  pada malam harinya, Terminal Suci dipakai warga sekitar sebagai  "sengol " area  untuk menjual beraneka  makanan dan minuman. Pada salah satu sudut Senggol Suci, ada 2 perempuan yang menjual nasi bungkus siap saji dengan ukuran mini. 
 
Nasi bungkus ukuran mini berisi lauk serondeng kacang, ayam siwir, tempe goreng, dan yang tak terlupakan sambal tomat pedas. Nasi bungkus itu dibungkus dengan daun pisang beralas secarik koran bekas dan diikat dengan karet gelang. Warung ini adalah satu-satunya tempat dimana nasi bungkus seperti itu bisa ditemui di seantero Denpasar. 
 
2 perempuan tersebut menjual beberapa keranjang nasi bungkus mini setiap malamnya dan kebanyakan pelanggannya adalah anak anak muda yang suka bepergian pada malam hari. Nasi bungkus mini dengan cita rasa pedas ini bisa dinikmati di tempat atau dibawa pulang. Khusus untuk yang dibawa pulang, 2 penjual perempuan itu tidak lupa menambahkan ekstra sambal pedas  sebagai bonus.
 
 
 
Asal Kata Jenggo
 
Di sekitar tahun yang sama, di salah satu bioskop ternama di Denpasar sedang diputar film cowboy yang dibintangi oleh Clint Eastwood berjudul Jango (baca jenggo). Film ini wajib ditonton oleh anak muda kala itu. Entah siapa yang memulai,  nasi bungkus mini di Penambangan (terminal) Suci ini kemudian diberi nama "Nasi Jango", karena nasi bungkus ini dianggap mewakili gaya cowboy mereka. Kurang lebih istilah cowboy kala itu adalah "keren merakyat " (cool).
 
Setelah Terminal suci dibangun seperti yang kita ketahui sekarang, 2 perempuan penjual nasi Jango itu tak ada kabarnya. Tahun 80 an cerita nasi Jango kemudian berpindah ke jalan Gajah Mada Denpasar. Kali ini nasi Jango versi jalan Gajah Mada dibungkus dengan full daun pisang segar walau isianya kurang lebih sama seperti nasi Jango versi Penambangan Suci. 
 
Kala itu anak muda Denpasar tidak menamakan nasi bungkus tersebut dengan nasi Jango, tapi nasi Gang Bronx, dan kebetulan nasi itu dijual di gang-gang yang ada di depan pasar Kumbasari. Istilah Bronx diambil dari film breakdance yang berkisah tentang kehidupan anak muda di daerah Bronx Amerika Serikat. 
 
Kini nasi Jango sudah lebih berkembang. Isinya pun lebih variatif, terbukti ada nasi jango babi kecap, nasi jango sela , nasi jango rendang , nasi jango super dan lainnya. Penulisan Jango pun berubah. Mungkin atas pertimbangan strategi pemasaran sehingga ada yang menulis nasi Jenggo, Jinggo bahkan nasi Jenggot. Selamat menikmati Nasi Cowboy Jango. [bbn/ketut gogonk]

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami