search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Bedah Buku Geger Nusantara, Majapahit Ada di Trowulan Atau Bungkulan?
Sabtu, 24 Februari 2018, 06:40 WITA Follow
image

beritabalicom

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Komunitas Surya Majapahit dan Beritabali.com, Jumat (23/2/2018) menggelar diskusi dan bedah buku "Geger Nusantara: Medang I Bumi Mataram Gerbang Kejayaan Majapahit".
 
[pilihan-redaksi]
Diskusi dan bedah buku ini mengambil tempat di Kantor Redaksi Beritabali.com, di daerah Kesambi Baru, Kerobokan, Badung. Acara dihadiri tim penulis buku yakni Iwan Pranajaya, Catur Virgianto, dan Wayan Karben.
 
"Buku ini merupakan buku Geger Nusantara yang kedua. Buku kedua ini kami buat untuk lebih menguatkan bukti bahwa Pusat Kerajaan Majapahit itu memang ada di Bali, dalam hal ini di Bungkulan Buleleng, dan bukan di Trowulan Jawa Timur, seperti yang kita pahami selama ini," kata Iwan.
 
Menurut Iwan, di buku setebal 161 halaman ini, hampir seluruh halamannya memuat foto-foto peninggalan kejayaan Majapahit yang ada di Bali.
 
"Banyak peninggalan-peninggalan Kerajaan Majapahit yang tersebar di Bali, dan itu sudah sangat banyak bercerita lewat pembacaan ikonografi atau simbol-simbol yang ditinggalkan para leluhur kita lewat relief-relief yang ada di pura-pura yang ada," ujarnya.
 
Buku ini juga menyatakan dengan tegas bahwa pusat Kerajaan Majapahit berada di wilayah Bungkulan Buleleng, Pesisir Bali Utara, dan bukan di Trowulan Jawa Timur.
 
"Ini bisa kami buktikan, antara lain dengan ditemukannya stempel Kerajaan Majapahit di Bungkulan, struktur kawasan sebuah bekas kerajaan, bangunan berciri khas Mataram Kuno dan Majapahit, serta berbagai bukti-bukti dan peninggalan peninggalan sejarah lainnya yang kami siap pertanggungjawabkan," ujarnya.
 
Buku ini juga mengulas dengan gamblang tentang sosok Raja Udayana, sosok Mahapatih Gajah Mada, sosok Kebo Iwa, dan sosok para leluhur Nusantara lainnya.
 
 
[pilihan-redaksi2]
"Kami yakin buku ini pasti menimbulkan pro dan kontra, tapi kami siap untuk mempertanggungjawabkannya dengan argumen-argumen, data-data dan logika yang masuk akal, bukan dengan argumen argumen atau pertentangan tanpa dukungan data-data dan bukti bukti kuat," ujarnya.
 
Sementara ahli sejarah Bali, Prof. I Gde Parimarta, dalam kata sambutannya di buku ini menyatakan, buku ini memang membuat para pembaca geger, karena buku ini menyebutkan Bali utara sebagai pusat pemerintahan Majapahit.
 
 
"Di sini Iwan Pranajaya tengah mencari kebenaran sejarah Bali. Secara metodologis penulis memusatkan sudut pandangnya dari Bali utara," ujarnya. 

Reporter: bbn/psk



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami