search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Keberadaan Kafe Remang-Remang di Desa Pemicu Kasus Baru HIV/AIDS
Senin, 29 Oktober 2018, 17:20 WITA Follow
image

beritabali.com/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Beritabali.com,Denpasar. Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati (Cok Ace) mengungkapkan keprihatinan terkait masih cukup tingginya kasus HIV/AIDS di Pulau Dewata. Menurutnya, keberadaan kafe remang-remang yang saat ini sudah merambah ke desa-desa menjadi salah satu faktor pemicu masih ditemukannya kasus baru HIV/AIDS. 
 
[pilihan-redaksi]
Selaku Ketua Harian Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi Bali, ia berharap ada gebrakan untuk memutus mata rantai penyebaran HIV/AIDS. Harapan itu disampaikannya saat menerima Kadis Kesehatan Provinsi Bali dr. Ketut Suarjaya dan Kepala Sekretariat KPA Bali Made Suprapta, Senin (29/10). 
 
"Kalau masyarakat yang di kota, mungkin lebih berhati-hati karena sudah cukup paham akan ancaman penyakit ini. Tapi tidak demikian dengan masyarakat kita yang di desa-desa, sangat rentan sekali tertular ketika sudah mengenal dunia kafe. Ini yang perlu menjadi perhatian kita," imbuhnya. 
 
Untuk itu, Cok Ace minta KPA Provinsi Bali lebih gencar melakukan sosialisasi terkait bahaya penyakit HIV/AIDS dan cara penularannya. Dengan mengetahui bahaya dan pola penularannya, ia berharap masyarakat akan menjauhi perilaku berisiko penularan HIV/AIDS. 
 
Sementara itu, Kadis Kesehatan dr. Suarjaya menginformasikan bahwa secara akumulatif, kasus HIV/AIDS di Bali saat ini tercatat sebanyak 19.600 kasus. "Tiap bulannya ada penambahan 25 hingga 150 kasus," ujarnya. 
 
[pilihan-redaksi2]
Selain program pencegahan secara umum, pihaknya saat ini memberi perhatian khusus pada ibu hamil. Menggandeng lembaga layanan kesehatan mulai jenjang puskesmas, seluruh ibu hamil diwajibkan mengikuti tes HIV/AIDS pada awal kehamilan. Jika kemudian seorang ibu diketahui mengidap HIV/AIDS, penularannya ke anak dapat dicegah dengan obat ARV. Suarjaya berharap, ke depannya upaya pencegahan dapat lebih diintensifkan agar siklus penularan dapat dipotong. 
 
Menambahkan penjelasan dr. Suarjaya, Made Suprapta mengatakan bahwa program KPA difokuskan pada upaya pencegahan, pengobatan dan pendampingan. Sejauh ini, upaya pencegahan yang dilakukan KPA Bali telah cukup optimal dan secara nasional menempati peringkat dua. Dalam kesempatan itu, Suprapta juga melaporkan rencana peringatan Hari AIDS Sedunia, 1 Desember 2018 mendatang. (bbn/rlspemprov/rob)

Reporter: -



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami