search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Kisruh Dualisme Yayasan Dwijendra, Pengurus Yayasan Lama Gembok Kampus dari Dalam
Selasa, 27 November 2018, 06:51 WITA Follow
image

beritabali.com/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Kisruh dualisme kepengurusan internal di Yayasan Dwijendra berbuntut panjang. Pengurus Yayasan Dwijendra yang lama dipimpin I Made Sumitra Candra Jaya, Senin (26/11) sore, menutup gerbang kampus secara paksa dengan cara menggemboknya dari dalam.
 
Akibatnya, ratusan mahasiswa kampus yang semula ini bersembahyang mengamuk dan berdemo di lokasi.  Puluhan aparat kepolisian dari Polsek Denpasar Timur dan Polresta Denpasar masih berjaga-jaga di kampus Dwijendra di Jalan Kamboja Denpasar Timur. Penjagaan diperketat untuk mengantisifasi kericuhan susulan oleh para mahasiswa kampus. Situasi lalu-lintas pun macet akibat demo mahasiswa tersebut. 
 
Informasi di lapangan menyebutkan, mengamuknya ratusan mahasiswa berawal dari digemboknya gerbang kampus atas perintah Ketua Yayasan Dwijendra yang lama, I Made Sumitra Candra Jaya. Para mahasiswa mendadak tidak diperbolehkan masuk ke dalam kampus, sejak pukul 17.00 Wita. Padahal, para mahasiswa datang untuk bersembahyang di dalam kampus. Akibat ditolak masuk, ratusan mahasiswa memaksa membuka pintu gerbang. 
 
Situasi kian memanas, setelah pihak Yayasan lama mengklaim sudah memberitahu kepada mahasiswa perihal proses belajar tidak ada karena masih berhubungan dengan hari Guru Nasional, Minggu (25/11). 
 
 
Mahasiswa yang merasa dipermainkan, tidak terima dengan jawaban tersebut. Mereka geram dan mencoba menerobos masuk ke dalam kampus, namun berhasil dicegah aparat kepolisian yang sudah berada di TKP. 
 
Selanjutnya, mahasiswa menggelar aksi demo di halaman depan kampus. “Aksi ini buntut dari penutupan pintu gerbang oleh pengurus yayasan yang lama. Kami disini ingin belajar, bukan ingin mencampuri urusan internal ini. Mahasiswa yang jadi korban,” beber Dwi, salah seorang mahasiswa. 
 
Sementara itu, ditemui di lokasi, Ketua yayasan Dwijendara yang Baru I Ketut Wirawan mengaku diundang oleh dosen untuk bersembahyang di Pura kampus. Namun, setelah tiba di kampus, pintu gerbang sudah dikunci. Pihaknya sudah berusaha bernegosiasi dengan pengurus yayasan yang lama agar membuka pintu, namun tidak direspon. 
 
“Kami sudah negosiasi. Bahkan kami mengalah dan tidak jadi sembahyang agar mahasiswa tetap masuk. Tapi tetap tidak diindahkan. Makanya mahasiswa geram dan berdemo,” katanya. 
 
Wirawan sangat menyayangkan kejadian tersebut. Dengan kejadian ini, pengurus yayasan yang lama dengan sendirinya mencederai proses pendidikan. “Saya loh ketua Yayasan yang baru disini (Yayasan Dwijendra, red). Tapi, pengurus yang lama berada di dalam dan bersihkukuh tetap tidak buka pintu,” ungkapnya. 
 
Sementara itu keterangan terpisah, Kapolsek Denpasar Timur, AKP I Nyoman Karang Adiputra mengatakan, aksi ini dipicu kesalahpahaman pihak yayasan dan mahasiswa. Dimana, pihak Yayasan sudah menyampaikan bahwa masih dalam suasana libur hari Guru. “Kami sudah koordinasi dengan kepengurusan yang lama, bahwa sebenarnya sudah ada pemberitahuan sebelumnya pada Senin sore tidak ada kegiatan belajar alias libur. Tapi, mahasiswa tidak mengetahuinya,” beber Kapolsek.
 
Ditegaskannya, bahwa hari ini baru ada proses belajar. Meski demikian, bila nanti pintu gerbang tetap ditutup juga, pihak kepolisian akan mengambil tindakan tegas. 
 
“Kalau besok masih tutup, akan kita buka paksa,” ujar Kapolsek kepada ratusan mahasiswa. Lamban laun, ratusan mahasiswa membubarkan diri sekitar pukul 20.00 Wita. Walau begitu, para mahasiswa terus teriak-teriak, mengeluarkan unek-unek lantaran kesal.

Reporter: bbn/bgl



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami