Pemeliharaan Ayam Kampung di Bali Masih Sebatas Sambilan
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Beritabali.com, Denpasar. Sebagian besar pemeliharaan ayam kampung atau ayam buras di Bali hingga saat ini masih sebatas sambilan dan dilakukan secara tradisional.
[pilihan-redaksi]
Hal itu menyebabkan perkembangan populasi maupun produktivitasnya (produksi daging dan telur) belum maksimal. Belum lagi usaha peternakan ayam kampung banyak tertekan dengan masuknya ayam ras,sehingga keberlangsungan peternakan ayam buras sering menjadi tidak menentu.
Demikian terungkap dalam sebuah artikel ilmiah berjudul “Karakteristik Morfologis Ayam Buras Bali” yang merupakan bagian dari Prosiding Seminar Nasional Sumber Daya Genetik Pertanian 2015. Artikel tersebut ditulis oleh I Nyoman Sugama dan I N. Suyasa dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Provinsi Bali.
I Nyoman Sugama dan I N. Suyasa menuliskanbertahannya industri ayam kampung selama ini ada kemungkinan besar dimotivasi oleh tingkat konsumen domestik yang cukup baik.
Belum lagi meningkatnya kesadaran masyarakat menengah keatas untuk mengkonsumsi daging ayam lemak rendah, yang dapat dipenuhi oleh ayam lokal yang hanya mengandung 0,37% lemak perut jika dibanding dengan ayam ras pedaging yang mencapai 3,5% lemak perut.
Ayam Bali termasuk salah satu ayam bukan ras dan sering juga disebut sebagai ayam Kampung. Ayam Bali sendiri tergolong ayam buras lokal yang umum dipelihara oleh sebagian besar masyarakat di Bali.
Hampir setiap rumah tangga di pedesaan di Bali memelihara ayam buras Bali sekalipun dalam jumlah yang terbatas. Bagi petani, ayam Bali memiliki prospek sosial, ekonomi dan budaya yang sangat penting dalam kehidupannya.
Daging ayam buras Bali dimanfaatkan sebagai sumber protein untuk konsumsi sehari-hari, dijual sebagai lauk pada menu rumah makan tradisional maupun modern atau sebagai bahan sarana upacara agama Hindu di Bali.
[pilihan-redaksi2]
Telur ayam buras banyak dimanfaatkan untuk dikonsumsi, bahan jamu, bahan makanan atau untuk berbagai kebutuhan upacara agama Hindu di Bali.
Sebagian masyarakat Bali memanfaatkan ayam buras Bali jantan sebagai ayam aduan (Tajen) sehingga memiliki nilai jual yang tinggi.
Ayam buras Bali sendiri termasuk dalam plasma nutfah asli Indonesia yang keberadaanya perlu dilestarikan dan dikembangkan produktivitas dengan tetap mengacu pada keaslian genetiknya.
Populasi ayam buras di Bali mencapai 4.644.548 ekor pada tahun 2010. Pada tahun 2011 terjadi penurunan populasi ayam buras Bali menjadi 4.396.174 ekor atau turun 248.374 ekor.
Hal itu terjadi karena terjadinya wabah penyakit flu burung serta semakin mahalnya biaya pakan ayam buras, sehingga tidak mampu ditutupi oleh produktivitas yang dihasilkannya. [bbn/mul]
Reporter: bbn/mul