search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Sebut Tatanan Kota Denpasar Carut Marut, Popo Danes: Isinya Deretan Toko Semua
Sabtu, 6 Juli 2019, 15:00 WITA Follow
image

beritabali.com/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Beritabali.com, Denpasar. Mengamati perkembangan tatanan kota di Denpasar, arsitek Popo Danes menyebut secara jujur situasinya seperti carut marut karena tidak ada zonasi kawasan yang jelas yang mana kawasan perumahan, industri, dan niaga.
 
[pilihan-redaksi]
"Kalau kita mengerti tatanan kota yang sebenarnya, secara jujur situasi kota Denpasar seperti carut marut, dari Panjer sampai Ubung berderet isinya toko saja," ketusnya, Sabtu (6/7/2019) saat acara Architechture for Kids (AFK)di Popo Danes Art Veranda.    
 
Jika mengamati kondisi dibangunnya Kota Denpasar hingga sekarang, tampak kesan jika awalnya sebuah kumpulan desa yang dipaksa menjadi kota. Karena, ia beranggapan masyarakatnya juga mesti bertranformasi selain perubahan fisik. "Jika ditranformasi dengan baik akan menjadi cantik karena pembangunan tidak diartikan sekadar fisik tetapi juga mental (mindset) masyarakatnya," jelasnya.
 
Disamping itu, Popo mengusulkan untuk meninjau kembali aturan batas ketinggian bangunan seiring berjalannya waktu. Ia memahami saat pembuatan aturan ini dilandasi niat baik dimaksudkan untuk melindungi kearifan lokal. Namun saat perjalannya memang perlu dievaluasi karena jika terdapat pembatasan lahan vertikal tentu berakibat mengenggerogoti bangunan horizontal seperti terjadi alih fungsi lahan dan sebagainya. 
 
Ia juga menyarankan adanya tren bangunan 3 lantai tentu juga mengikuti persyaratan bangunan seperti adanya tangga darurat atau jika seperti gudang harus membuat pintu keluar darurat. Hal ini dimaksudkan untuk lebih meminimalisir terjadinya korban jiwa jika terjadi musibah.   
 
Selain itu, menurutnya adanya persyaratan banguanan arsitektur Bali sebagai tampilan budaya lokal saat ini memerlukan interpretasi yang pas mengingat keterbatasan bahan yang semakin habis. Untuk itu, semua pihak perlu didudukan agar terjadi kesepahaman tentang arsitektur khas Bali.
 
"Seperti batu paras, entah itu paras batik dari Gianyar, paras Kerobokan dan lainnya sudah habis, mau pakai apa sekarang," ujarnya.
 
[pilihan-redaksi2]
Architechture For Kids 
 
Program Architechture For Kids (AFK) merupakan kegiatan tahunan yang rutin diselenggarakan Popo Danes pada saat liburan sekolah. Sejak tahun 2002, AFK telah berkembang dari puluhan dan kini ratusan siswa dan orang tuanya antusias dalam kegiatan edukasi tentang kegiatan arsitektur.
 
Selain mengisi waktu libur, kata Popo, kegiatan dirancang agar liburan anak mempunyai nilai tambah yang bisa jadi bekal setelah kembali sekolah nanti.
 
"Ada kebanggaan, karena mereka menerima piagam dan memperoleh wawasan baru tentang arsitek," ungkapnya.
 
Menariknya, Popo melanjutkan, tiap tahun ada saja yang tidak biasa karena terdapat anak yang menurutnya di luar ekspetasi.
 
"Jika awalnya ditujukan untuk lucu-lucuan, malah ada anak yang beyond imagination karena mereka menggambar denah secara detail, bahkan ada yang sudah tahu penerapan energi solar panel atau kincir angin pada rumahnya nanti," kesannya. (bbn/rob)     

Reporter: bbn/rob



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami