Era Antroposen, Kini Banyak Petani Bali Bingung dengan Hitungan Sasih
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Bumi saat ini masuk ke era Antroposen. Di masa Antroposen, kestabilan alam mulai hilang dan dampaknya juga sulit diprediksi. Salah satu dampaknya kini mulai dirasakan oleh petani di Bali.
Dosen Hukum Lingkungan UGM, I Gusti Agung Made Wardana Ph.D, kepada beritabali.com mengatakan, contoh sederhana era Antroposen dalam konteks Bali adalah di masa sebelumnya yakni era "holocene" petani Bali mengembangkan konsep "Kertamasa", dimana siklus tanam tergantung pada kerja alam berdasarkan sasih (bulan).
Tapi karena kerja alam saat ini sudah berubah, "Kertamasa" atau siklus tanam tersebut sudah tidak bisa dipakai lagi sebagai pedoman bercocok tanam bagi petani.
"Cuaca dan Sasih sudah jauh bergeser dari era sebelumnya. Makanya banyak petani yang kini bingung dengan hitung-hitungan sasih dan akhirnya gagal tanam. Makanya di era antroposen ini kita harus beradaptasi dengan ketidakpastian kerja alam,"ujarnya.
Menurut Agung, di era antroposen ini, secara geologis sistem bumi telah berubah drastis yang disebabkan oleh manusia. Hal ini menyebabkan kestabilan alam mulai hilang dan dampaknya sulit diprediksi.
"Kondisi ini berbeda dengan susunan geologi sebelumnya (era Holocene) dimana sistem bumi saat itu masih stabil sehingga kerja alam masih bisa kita prediksi,"jelas Agung Made Wardana, kepada beritabali.com, Minggu (5/1/2020).
Menurut Agung, warga planet Bumi kini hidup di era Anthropocene (Antroposen). Hal ini menurutnya sangat perlu dipahami dan disadari oleh masyarakat di seluruh dunia.
"Tolong berhenti menggunakan pemikiran Holocene, bahwa sistem bumi masih stabil dan dapat diprediksi. Bencana ekologis akan menjadi bagian dari pengaturan harian kita sehingga kita perlu membangun ketahanan terhadapnya sambil mendorong transformasi planet dan mencari alternatif bagi sistem ekonomi, politik-hukum kita yang telah membawa kita ke zaman ini,"ujarnya.
Reporter: bbn/psk