Wirausahawan Terbiasa di Zona Nyaman Pasti Terganggu COVID-19

Minggu, 24 Mei 2020, 09:00 WITA Follow
image

beritabali/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Pandemi COVID-19 menghantam seluruh sendi kehidupan di masyarakat, akibatnya masyarakat terganggu dalam melakukan berbagai aktivitas terutama di kalangan dunia usaha.

[pilihan-redaksi]
Kalangan pebisnis serta merta menolak pandangan semacam ini karena hanya mereka yang terlanjur hidup di zona nyaman yang merasa terganggu pada masa pendemi ini. Demikian kesimpulan webinar Inkubator Bisnis Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Unud, via Webex, Sabtu 23 Mei 2020. Webinar yang dipandu Dosen FP Unud Ni Wayan Sri Sutari, SP., M.P. bertajuk “Tetap Semangat dimasa Pandemik COVID-19” menghadirkan tiga entrepreneur muda Bali selaku narasumber. 

Mereka itu antara lain CEO Harmoni Permata I Putu Hendika Permana, S.Kom, MM., Founder of Mangsi Grill dr. Windu Segara Senet dan Owner of Voordurend Love Nyoman Primahita Gunadharma, S.Sn. Pengelola Mangsi Grill Windu Segara menyatakan mereka yang merasa terganggu pada masa pandemic karena tidak memiliki kreativitas. Namun bagi kalangan wira usaha masa pandemi justru akan melahirkan kreativitas. 

“Kelihatannya saja para pengusaha itu rileks, tidak bekerja atau malah rebahan, kenyataannya mereka memanfaatkan masa pandemic sebagai momentum menghasilkan hal-hal baru, mengasah senjata baru, dan melakukan perbaikan. Ketika pandemic berakhir mereka tinggal melakukan aktivasi saja,” tegas Windu Segara. 

Menurut Windu, dunia usaha selalu menghadapi masalah krusial setiap enam bulan atau 2 kali setahun yang disebabkan masalah internal perusahan, dan ekternal. Internal berkaitan dengan sumber daya perusahaan seperti produk, sedangkan situasi ekstenal seperti prilaku konsumen atau pasar yang berubah. Diakuinya, ide bisnis saat ini hanya bertahan enam bulan dan harus diadaptasikan lagi. 

Jika ada ide bisnis masih dijalankan lebih dari enam bulan maka menghadapi persaingan berat mengingat pada bulan ke-7 ide bisnis sudah akan diimitasi. Perubahan ide bisnis berjalan lebih cepat karena tahun 2013 lalu ide bisnis bisa berjalan 2/3 tahun, dan tahun 1990 ide bisnis bisa bertahan selama lima tahun. Kondisi ini dipicu pemikiran orang berbisnis saat ini amati, tiru dan modifikasi mengakibatkan ide original bisnis tak bertahan lama. Agar bisa survive menjalankan bisnis Windu menyarankan agar wirausaha muda mesti melakukan strategi amati, analisa dan ciptakan. 

“Seorang wirausahawan harus memiliki kemampuan adaptasi, kreatif serta siap menghadapi masalah nyata bukan hidup dalam tataran seolah-olah. Seolah-olah punya padahal tidak, seolah-olah bisa padahal tidak mengerti persoalan,” tegasnya.

Agar tidak terkungkung dalam sangkar seolah-olah, Hendika Permana mengajak kalangan wirausaha untuk berhenti (istirahat) sejenak di era pandemi COVID 19 lalu berlari lebih kencang di kemudian hari. Ketika berhenti, lanjut pengusaha bidang IT ini, seorang wirausaha harus introspeksi diri untuk mengenali potensi diri. Dijelaskan, banyak wirausaha di Indonesia menjalankan bisnis karena kecelakaan alias tanpa sengaja. 

Mereka terjun sebagai pengusaha karena terlanjur rugi, banyak punya cicilan, atau berwirausaha dengan prinsip jalan aja dulu sehingga visi sangat lemah dalam mengelola perusahaannya. Agar visi pengelolaan usaha berjalan baik, lanjutnya, jadi wira usaha harus direncanakan. Hendika menjelaskan wirausaha yang terencana adalah mereka yang memiliki mentor. 


“Mentor di sini bukan berarti orang, bisa belajar dari buku. Yang terpenting seorang pengusaha harus melek manajemen keuangan,” tegasnya.  

logo

Berlangganan BeritaBali
untuk membaca cerita lengkapnya

Lanjutkan

Reporter: bbn/mul



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami