search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Meneropong Dampak Covid-19, Siapa yang Paling Rentan?
Sabtu, 18 Juli 2020, 09:50 WITA Follow
image

bbn/pixabay

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Perkembangan grafik kasus positif corona di Indonesia terus meningkat dan belum menunjukkan tanpa kapan akan melandai. Per tanggal 17 Juli 2020 secara akumulasi tercatat sebanyak 83.130 orang terkonfirmasi positif terpapar Corona dan 3.957 meninggal dunia. 

 

[pilihan-redaksi]
Sementara itu khusus untuk Provinsi Bali jumlah pasien positif mencapai 2.619 orang dan 35 orang meninggal dunia. Pergerakan jumlah kasus yang terus menanjak menempatkan Indonesia pada peringkat 1 dari negara-negara di Kawasan ASEAN sesuai informasi yang dimuat pada laman situs Worldometer. Pemerintah Indonesia memerlukan strategi ekstra untuk mengendalikan pergerakan jumlah kasus yang terus bertambah agar tepat sasaran. Lantas siapakah yang sebenarnya paling rentan terdampak?

 

Hasil Survei Sosial Demografi Dampak Covid-19 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menemukan bahwa tren kedisiplinan pada protokol pencegahan Covid-19 menurun seiring dengan kelompok usia yang makin muda. Perilaku yang dinilai adalah pemakaian masker, perilaku mencuci tangan dengan sabun, menghindari pertemuan atau antrian, serta menjaga jarak 1-2 meter di luar rumah. 

 

Tingkat kepatuhan untuk menjalankan protokol kesehatan secara ketat dari beberapa indikator tersebut paling tinggi ditaati oleh kelompok generasi baby boomers dan kemudian menunjukan kecenderungan menurun bagi kelompok generasi Gen-X, Millenial dan paling rendah pada kelompok Gen-Z. Kecenderungan ini diduga diakibatkan oleh aktivitas kelompok muda yang lebih banyak bersifat mobile dan dominan memerlukan kontak fisik di luar rumah. 

 

Kondisi yang berbeda ditemukan pada generasi baby boomers. Kelompok penduduk muda perlu mendapat perhatian untuk pelaksanaan protokol kesehatan menuju era adaptasi kebiasaan baru. Tantangan ini menjadi cukup serius mengingat sampai saat ini penduduk muda adalah kelompok terbesar dari komposisi penduduk Indonesia. 

 

Salah satu strategi pemerintah dalam upaya memutus mata rantai peningkatn jumlah kasus positif korona adalah mengimbau untuk bekerja dari rumah atau work from home (WFH). Dari total 87.379 responden yang eligible dalam Survei Sosial Demografi Dampak Covid-19 diperoleh hasil bahwa sekitar 19 persen responden menyatakan perkerjaannya tidak memungkinkan dilaksanakan secara WFH

 

Bahkan diperkirakan sebanyak 7 persen responden yang tempat bekerjanya tidak menerapkan sistem WFH. Separuh lebih (53 persen) dari mereka yang pekerjaannya tidak memungkinkan dilakukan dengan WFH menyatakan bahwa pendapatan mereka menurun selama masa pandemi. Fenomena ini diduga diakibatkan oleh jam kerja yang menurun sehingga produktivitas pun menurun. 

 

Survei ini juga menemukan bahwa tenaga kerja yang paling terdampak Covid-19 adalah mereka yang bekerja di sektor transportasi, akomodasi, perdagangan, dan hiburan. Penurunan produktivitas di sektor terdampak akan berpengaruh langsung bagi penurunan pendapatan tenaga kerja di sektor tesebut. Sebanyak 70,53 persen responden dalam kelompok berpendapatan rendah atau kurang dari 1,8 juta rupiah mengaku mengalami penurunan pendapatan. Akibatnya daya beli masyarakat terjun bebas sehingga mereka akan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasar. Kondisi ini jelas berpeluang menarik mereka semakin kuat ke jurang kemiskinan.

 

Badan Pusat Statistik merilis persentase penduduk miskin di Indonesia pada periode Maret 2020 sebesar 9,78 persen naik sebesar 0,56 persen atau 1,63 juta orang dari periode  September 2019.  Sementara kondisi Provinsi Bali tercatat sebesar 3,78 persen, naik 0,17 persen pada periode waktu yang sama.

 

Kenaikan persentase penduduk miskin pada periode Maret 2020 dapat diartikan sebagai dampak awal dari Covid-19. Menariknya, tingkat kemiskinan penduduk di perdesaan justru menurun pada saat capaian di perkotaan justru meningkat pada periode waktu yang sama. Sebagian besar dari penduduk perkotaan bekerja di sektor formal dan banyak bergelut di industri pariwisata. 

 

Penutupan penerbangan dari dan ke Tiongkok sejak 5 Februari 2020 menjadi momentum buruk dalam kaleidoskop industri pariwisata Bali di tahun 2020. Sinyal melesunya perekonomian Bali mulai menggeliat seiring dengan meluasnya wabah virus korona. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) pun terus meningkat sebagai imbas yang diambil oleh pengusaha untuk melawan pandemi. 

 

Babak dramatis dari potret awal terpuruknya basis perekonomian Bali tercermin dari jumlah kunjungan wisatawan mancanegara yang hanya mencapi 36 kunjungan di Bulan Mei dalam Berita Resmi Statistik. Dampak ini jelas dirasakan berbeda bagi penduduk di perkotaan dibandingkan penduduk perdesaan. Penduduk di daerah perdesaan mungkin dapat bertahan untuk memenuhi kebutuhan dasar dengan memanfaatkan produksi sendiri dari sistem pertanian subsisten yang masih cukup banyak digeluti oleh sebagaian besar penduduk. 

 

Di sisi lain penduduk di wilayah perkotaan masih harus memikirkan bagaimana mereka membayar sewa rumah, membeli beras, membayar tagihan air, dan kebutuhan pokok lainnya yang tidak dapat ditunda. Selama periode awal penduduk perkotaan masih optimis bahwa gelombang pandemi mungkin saja berakhir dalam waktu yang singkat sebagaimana guncangan erupsi Gunung Agung dan tragedi Bom Bali I dan II. 

 

Mereka tetap bertahan mengadu nasib di wilayah urban dengan bermodal sisa tabungan sebagai penyangga finansial untuk bertahan hidup. Dengan demikian tidak dapat dipungkiri penduduk perkotaan diprediksi terdampak lebih dahsyat oleh pandemi dibandingkan penduduk di wilayah perdesaan.

 

Pada akhirnya dinamika pengendalian kasus korona harus selalu dikaji. Penyesuaian sasaran dan target kebijakan menjadi penting. Pemetaan karakteristik dan risiko yang berbeda-beda dapat menjadi salah satu pertimbangan. Salam sehat untuk semua rakyat Indonesia. Mari kita sambut bersama tatahan adaptasi kebiasaan baru dengan rasa optimis dan keyakinan untuk hidup yang lebih baik.


I Gede Heprin Prayasta
Mahasiswa Magister Ilmu Ekonomi
Universitas Udayana

Reporter: bbn/opn



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami