Ini Rekomendasi 3 Produk Investasi Saat "Window Dressing"
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Momen berburu keuntungan saat window dressing telah tiba. Pada momen yang berlangsung setiap akhir tahun ini terjadi kenaikan harga saham-saham unggulan (Blue Chips) secara serentak.
Terutama pada kumpulan saham di Index Hangseng (HKK) dan Nikkei (JPK) untuk bursa di luar negeri atau investasi di perdagangan berjangka.
Hal itu dikarenakan jelang akhir Desember, banyak perusahaan yang berusaha memoles laporan kinerja keuangan untuk meningkatkan harga saham mereka.
“Jangan sampai melewatkan momen Window dressing (WD). Momen ini akan berlanjut dengan January effect dan Imlek. Dengan pilihan investasi yang tepat, maka bisa didapat keuntungan maksimal," terang Peter, Pimpinan Cabang PT Solid Gold Berjangka (SGB) Bali.
Untuk portofolio investasi yang berpeluang cuan saat momen window dressing adalah investasi di Index Hangseng dan Nikkei dengan memilih kategori saham unggulan atau ‘Blue Chip’, dimana setiap tahunnya index Hangseng (HKK) dan Nikkei (JPK) ini mengalami lonjakan biasanya saat momen window dressing tumbuh mencapai 10% - 30% dalam satu hari perdagangan bursa.
Peter mengungkapkan keputusan investasi yang disarankan nanti adalah hold untuk transaksi indeks Hang Seng dan Nikkei, dan buy sampai awal tahun. Untuk range harga pada Hang Seng adalah 26.400 dan 26.900, smentara untuk Nikkei berada di kisaran 26.500 – 27.050.
Sementara itu produk derivatif emas juga layak dipilih. Proyeksi harganya masih akan bertahan di level US$ 1.765/troz dan setelah 3 bulan akan menembus US$ 1.850/troz.
Harga emas diyakini masih memiliki ruang untuk bergerak naik ke harga yang lebih tinggi, di tengah ketidakpastian berita tentang vaksin Covid -19.
Untuk mendapatkan keuntungan besar saat momen window dressing, selain memilih investasi yang tepat, Investor harus cermat mempertimbangkan faktor teknikal dan fundamental. Selain itu memahami manajemen risiko yang baik.
Peter mengungkapkan, di SGB Bali, mulai saat ini untuk pembukaan akun telah menetapkan minimal modal awal 20 ribu dollar atau Rp 200 juta. Hal ini untuk menjaga ketahanan dana nasabah atau untuk meminimalisir risiko transaksi.
Menurut Peter, belajar dari pengalaman sebelumnya, dengan minimum modal Rp 100 juta, banyak investor yang mengalami risiko karena tidak memiliki ketahanan dana yang cukup saat market floating. Hal-hal seperti ini yang menjadi akar permasalahan di SGB Bali beberapa waktu lalu.
Dengan komitmen manajemen dan tim yang solid, SGB Bali dengan manajemen baru telah menyelsaikan seluruh permasalahan sebelumnya dengan baik.
“Ke depan kami akan menjaga hubungan yang erat dengan para nasabah dan meyakinkan seluruh elemen masyarakat di pulau dewata bahwa SGB Bali sekarang hadir dengan perubahan yang lebih positif dan memiliki komitmen untuk memberikan layanan investasi yang berorientasi pada kepuasan dan kebutuhan nasabah. Bagi nasabah yang baru bergabung sudah merasakan perbedaan layanan yang kami berikan, dengan pengalaman transaksi untuk mendapatkan profit yang maksimal,” tandas Peter.
Reporter: bbn/adv