search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Tari Rangda Adalah Tarian Sakral, Menarikannya Agar Tetap Memakai Rasa
Minggu, 7 Maret 2021, 17:00 WITA Follow
image

beritabali/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Keluarga Alumni Universitas Gajah Mada (Kagama) Bali gelar Live Webinar dengan tema "Sasana Tari Rangda” dan Peresmian Sanggar Kagama diselengarakan di Sanggar Kagama, Dalung, Badung, Sabtu (6/3).

Kegiatan tersebut diprakarsai oleh Dr. Made Pria Dharsana, Pembina Perkumpulan Among Budaya Capung Mas, dan kerjasama Saudara-saudara Pimpinan DPP Peradah Indonesia Provinsi Bali, Pimpinan dan komunitas literasipedia.id dan pimpinan Asosiasi Media Siber Indonesia  (AMSI) Bali.

Adapun narasumber dalam Webinar tersebut, Dosen Universitas PGRI Mahadewa Indonesia, Dr I Komang Indra Wirawan S.sn., M.FIL.H, Seniman, Mangku Nyoman Ardika (Sengap) dan Seniman Mangku Kadek Serongga.

Tema tersebut diangkat dikarenakan, melihat sempat terjadinya penyimpangan, apalagi dalam kasus tertentu mengakibatkan jatuhnya korban jiwa dalam prosesi Tari Rangda dan tari lainnya di Bali. Tentu dalam kaitan dengan hal tersebut di Live Webinar setidaknya dapat mencari jalan keluar yang baik nantinya.

Hal itu disampaikan Ketua Pengurus Daerah KAGAMA Provinsi Bali I Gusti Ngurah Agung Diatmika dalam kesempatan tersebut.

"Kita semua, yang merasa menjadi bagian dari subjek kebudayaan Bali, pasti terpanggil untuk membahas fenomena ini, dan terutama mencari jalan keluar yang baik, agar kejadian serupa tidak pernah terulang kembali," jelasnya.

Jika dilihat seni pertunjukan dalam Kebudayaan Bali dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategorib Tari Wali (Tari Sakral), Tari Bebalihan (Semi-Sakral) dan Bebalih-balihan (Tari Sekuler atau profan).  Meski terkadang sulit menarik batas-batasnya, kita memahami bahwa Tari Wali tidaklah dapat dipentaskan oleh sembarang orang, di sembarang tempat dan waktu.

"Tarian dan seni pertunjukan tertentu secara ketat diselenggarakan dengan proses yang khas, disiplin kerohanian tertentu yang tidak selalu sama di satu dan di tempat yang lain, yang membutuhkan kematangan jnana dan kedewasaan rohani," katanya.

Tentu merasa prihatin, ketika terjadi penyimpangan, apalagi dalam kasus tertentu mengakibatkan jatuhnya korban jiwa dalam prosesi Tari Rangda dan tari lainnya. Kita semua, yang merasa menjadi bagian dari subjek kebudayaan Bali, pasti terpanggil untuk membahas fenomena ini, dan terutama mencari jalan keluar yang baik, agar kejadian serupa tidak pernah terulang kembali.

"Inilah antara lain yang mendorong kami menyambut prakarsa Pembina Prabu Capung Mas dan para seniman, untuk menyelenggarakan wacana terstruktur dan terbuka dengan melibatkan berbagai kalangan, dari berbagai perspektif, agar dari forum Webinar ini dapat kita rumuskan suatu Rekomendasi tentang Sasana terkait prosesi dan Sesolahan yang sakral, terutama dalam hal ini Sasana Tari Rangda," paparnya.

Selain Live Webinar "Sasana Tari Rangda” juga dirangkaikan dengan  Peresmian Pembukaan Sanggar Kagama, sebuah ruang kreasi, apresiasi dan prestasi, suatu wahana dan wadah mengembangkan kreatifitas, karya seni dan wacana  akademik, sekaligus mengasah prestasi generasi baru.

Dalam pembahasan Live Webinar tersebut Seniman Mangku Kadek Serongga menyampaikan, berharap kepada para seniman yang melakoni sesolahan (Tari) Rangda. Dalam hal ini, belajar Sasana Tari Rangda tetap berdasar Darsana, Susila serta Tatwa. Hal tersebut penting dalam upaya mengajegkan tradisi atau budaya Bali.

"Jangan sampai para seniman muda cepat mabuk dengan kemampuan, akan tetapi yang terpenting diperhatikan adalah, bagaimana menarikan Tari Rangda agar tetap memakai rasa. Karena, Tari Rangda merupakan tari Sakral yang nantinya akan mengajegkan Bali. Selain itu, keberadaan Ida Petari karena tari Rangda merupakan tari Dewi Durga," katanya.

Kemudian Mangku Nyoman Ardika (Sengap) menyampaikan, mungkin tari Rangda semua orang bisa mempelajari sedangkan terkait Sasana Tari Rangda untuk apa, dan dimana tari Rangda dipelajari serta nantinya akan ditontonkan dimana itu penting dipahami. Setidaknya dalam hal ini, dapat berpikir secara bijaksana toh dengan mengajegkan tentu tidak melupakan sebuah makna dalam konsep Bali yang memiliki Taksu luar biasa ini.

"Dalam hal ini mari kita tidak henti-hentinya belajar, apapun itu perlu dipelajari akan tetapi sangat perlu dipahami bersama untuk apa mempelajari sesuatu tersebut," ucapnya.

Dalam kesempatan yang sama, Dosen Universitas PGRI Mahadewa Indonesia, Dr I Komang Indra Wirawan S.sn., M.FIL.H mengatakan, pada prinsipnya seni adat dan budaya warisan masyarakat Bali dapat dipahami, dimengerti serta dipelajari secara baik dan benar.

Karena pada prinsipnya sesuatu apapun ketika proses ruang dan waktu dipelajari dan disikapi secara baik dan benar diharapkan akan menghasilkan dan membuahkan hasil yang baik terutama bagi generasi muda Bali dalam mempelajari seni adat dan budaya.

"Ketika dalam hal ini kita ingin belajar setidaknya dapat dipahami apa yang dipelajari selanjutnya, lakoni secara baik dan benar. Karena yang bisa mengharumkan dan yang bisa  menghacurkan Taksu Bali juga kita sendiri. Maka dari itu, ini merupakan cerminan dan juga apa yang berlalu dapat tetap dijadikan cerminan untuk melangkah lebih baik kedepan," tutupnya.

Reporter: bbn/aga



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami