search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Makna Ogoh-Ogoh di Pelebon Ida Cokorda Pemecutan XI
Senin, 27 Desember 2021, 20:45 WITA Follow
image

beritabali/ist/Makna Ogoh-Ogoh di Pelebon Ida Cokorda Pemecutan XI.

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Ada yang menarik pada prosesi pelebon Ida Cokorda Pemecutan XI yang akan berlangsung pada awal hingga pertengahan Januari 2022. Selain bade tumpang 11 dan Lembu sebagai sarana upacara, nantinya akan ada ogoh-ogoh yang diarak oleh warga.

Bendesa Adat Denpasar Anak Agung Ngurah Rai Sudarma mengatakan seperti prosesi pelebon Ida Cokorda Pemecutan pada tahun-tahun sebelumnya nantinya akan menggunakan sarana ogoh-ogoh. Ditanya apa makna sarana ogoh-ogoh dalam upacara Pelebon Ida Cokorda Pemecutan XI, Rai Sudarma menyebut hal itu semacam kirab.

"Ogoh-ogoh itu semacam kirab raksasa sebagai sarana matur piuning kepada sang Biuta agar perjalanan Beliau menuju Sunya Loka lancar," ungkap Rai Sudarma saat ditemui media di Puri Pemecutan, Senin, 27 Desember 2021.

Namun ia mewanti-wanti jika arak-arakan ogoh-ogoh bukan untuk gagah-gagahan, melainkan sebagai kekhususan sarana upacara Pelebon Ida Cokorda Pemecutan XI yang dudonan karyanya disebut "Nyawa Asti Wedana".

Ia juga menekankan pemberlakukan pembatasan juga dilakukan pada upacara pelebon tersebut, terutama bagi pendukung Ida Cokorda Pemecutan XI yang jumlahnya besar seperti di Islam Kepaon. Ia mengimbau agar pendukung almarhum dilakukan pembatasan minimal 25 orang dari perwakilan massa tersebut atau dilakukan secara bergiliran datang dalam rangkaian upacara.

Meski dibatasi dalam konsisi pandemi covid-19, pihaknya dalam upacara tersebut mengutamakan prinsip 5 P yakni Puri, Pura, Purana (Tattwa), Para (masyarakat), dan Purohita (sosok almarhum).

Sementara, menantu almarhum, Ida Bagus Weswana menambahkan pihak keluarga sudah mengintegrasikan tata kelola adat yadnya dengan pemerintahan perlu siergitas menelorkan kebijakan kedepan seperti apa upacara yadnya di Bali dalam kearifan lokal tetap konsisten jadi fleksiblitas upacara tetap terjaga dilandasi norma yang sudah ada (dresta).

"Kondisi ini sebagai pembelajaran generasi muda ngiring sareng-sareng melakukan pemantuan proses 5P jika ternyata sesuai dengan era kekinian bisa bersinergi. Mungkin di Puri ini bisa dimplementasikan konsep seperti itu," tutup pria yang akrab dipanggil Gus Wes ini. 

Reporter: bbn/rob



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami