search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Manusia Purba Neanderthal Tidak Punah Karena Manusia Modern
Minggu, 13 Februari 2022, 16:45 WITA Follow
image

beritabali.com/ist/suara.com/Manusia Purba Neanderthal Tidak Punah Karena Manusia Modern

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DUNIA.

Temuan fosil terbaru menantang anggapan bahwa aksi brutal manusia modern menyebabkan kepunahan Neanderthal tak lama setelah tiba dari Afrika. Penemuan tulang seorang anak dan peralatan batu di sebuah gua di Prancis selatan menunjukkan bahwa Homo sapiens sudah berada di Eropa barat sekitar 54.000 tahun yang lalu.

Temuan itu menunjukkan mereka hidup ribuan tahun lebih awal dari dugaan sebelumnya dan mengindikasikan bahwa kedua spesies manusia mungkin sempat hidup berdampingan untuk waktu yang lama. Penelitiannya telah dipublikasikan di jurnal Science Advances.

Fosil-fosil itu ditemukan di dalam sebuah gua yang dikenal sebagai Grotte Mandrin di Lembah Rhone, oleh tim pimpinan Profesor Ludovic Slimak dari Universitas Toulouse, Prancis. Ia tercengang ketika mengetahui bahwa mereka adalah bukti dari permukiman awal manusia modern.

"Sekarang kami dapat menunjukkan bahwa Homo sapiens tiba lebih awal 12.000 tahun dari yang kita perkirakan, dan populasi ini kemudian digantikan setelah itu oleh populasi Neanderthal lain. Dan ini secara harfiah menulis ulang semua buku sejarah kita."

Neanderthal diketahui telah muncul di Eropa sekitar 400.000 tahun yang lalu. Teori yang diyakini saat ini menduga mereka punah sekitar 40.000 tahun lalu, tidak lama setelah Homo sapiens tiba di benua tersebut dari Afrika.

Namun temuan terbaru ini menunjukkan bahwa spesies kita tiba jauh lebih awal dan bahwa kedua spesies bisa jadi sempat hidup berdampingan di Eropa selama lebih dari 10.000 tahun sebelum Neanderthal punah.

Menurut Prof. Chris Stringer dari Museum Sejarah Alam di London, ini menantang anggapan saat ini, yaitu bahwa spesies kita segera membuat Neanderthal punah.

"Manusia modern tidak mengambil alih dalam semalam," katanya kepada BBC News. "Kadang-kadang, Neanderthal unggul, kadang-kadang manusia modern yang unggul, jadi lebih seimbang."

Para arkeolog menemukan bukti fosil dari beberapa lapisan di lokasi penggalian.

Semakin dalam mereka menggali, semakin jauh mereka melihat ke masa lalu. Lapisan terendah menunjukkan sisa-sisa Neanderthal yang menghuni wilayah itu selama sekitar 20.000 tahun.

Namun, yang membuat mereka terkejut, tim menemukan gigi seorang anak manusia modern dalam lapisan yang berasal dari sekitar 54.000 tahun yang lalu, beserta beberapa peralatan batu yang dibuat dengan cara yang tidak ada hubungannya dengan Neanderthal.

Bukti ini menunjukkan bahwa kelompok awal manusia modern tinggal di wilayah tersebut selama periode yang singkat, barangkali sekitar 2000 tahun. Setelahnya, lokasi tersebut tidak dihuni.

Kemudian Neanderthal kembali ke sana dan menetap selama ribuan tahun, sampai manusia modern kembali sekitar 44.000 tahun yang lalu.

"Ada pasang dan surut," kata Prof. Stringer. "Manusia modern muncul sebentar, kemudian ada gap ketika mungkin mereka punah karena iklim dan kemudian Neanderthal kembali ke sana lagi."

Temuan penting lainnya adalah kaitan peralatan batu dari lapisan yang sama dengan gigi si anak dengan manusia modern.

Peralatan yang dibuat dengan cara yang sama ditemukan di beberapa lokasi lain - di bukit Rhoney dan juga di Lebanon, namun sampai sekarang para ilmuwan tidak yakin spesies manusia mana yang membuatnya.

Beberapa peneliti berspekulasi bahwa beberapa alat yang lebih kecil adalah ujung anak panah. Jika sudah dipastikan, itu akan menjadi penemuan yang cukup penting: sekelompok awal manusia modern menggunakan senjata canggih yaitu busur dan anak panah, yang mungkin menjadi penyebab kelompok itu awalnya mengambil alih dari Neanderthal 54.000 tahun yang lalu. Namun, jika memang itu yang terjadi, keunggulan itu hanya sementara, karena Neanderthal kemudian kembali lagi.

Jadi, bila spesies kita tidak langsung membuat Neanderthal punah, apa yang akhirnya memberi kita keunggulan?

Banyak ide telah diajukan oleh para saintis: kapasitas kita untuk menciptakan seni, bahasa, dan mungkin otak yang lebih baik. Namun Prof. Stringer percaya manusia modern unggul karena lebih terorganisasi.

"Kita lebih baik dalam membangun jejaring, grup sosial kita lebih besar, kita lebih baik dalam menyimpan pengetahuan dan membangun berdasarkan pengetahuan itu," ujarnya.

Gagasan bahwa manusia modern berinteraksi dalam waktu yang panjang dengan Neanderthal cocok dengan penemuan tahun 2010 bahwa manusia modern memiliki sedikit DNA Neanderthal, mengindikasikan terjadinya perkawinan antar spesies, menurut Prof. Stringer.

"Kita tidak tahu apakah perkawinan itu dilakukan secara damai. Bisa saja, ada perempuan dari kelompok lain yang diculik. Bahkan bisa juga adopsi bayi Neanderthal yang terlantar atau hilang karena kehilangan orang tuanya," katanya.

"Semua itu bisa terjadi. Jadi kita belum tahu cerita lengkapnya. Tetapi dengan lebih banyak data dan lebih banyak DNA, lebih banyak penemuan, kita akan semakin mendekati kebenaran tentang apa yang sebenarnya terjadi pada akhir zaman Neanderthal."(sumber: suara.com)

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami