Pemerhati Lingkungan: Bali Mendesak Butuh Energi Bersih
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Penolakan pembangunan Terminal LNG di Intaran, Sanur, Denpasar belakangan ini menjadi sorotan publik. Bahkan warga Desa Adat Intaran, Denpasar, mendatangi DPRD Provinsi Bali, Selasa (21/6/2022).
Dinamika sosial belakangan ini tak luput dari sorotan para pemerhati lingkungan Bali, salah satunya adalah Dr. Ketut Gede Dharma Putra, Ketua Yayasan Pembangunan Bali Berkelanjutan. Polemik ini, menurutnya, membangkitkan kembali kesadaran masyarakat Bali akan pentingnya energi bersih bagi kelistrikan di Bali.
Dharma Putra yang dikenal luas sebagai pengamat dan pelaku yang menangani penanganan masalah-masalah sosial, budaya, kawasan, dan lingkungan Bali, menuturkan bahwa penggunaan energi bersih (gas) sebagai bahan bakar pengganti fossil fuel dalam sistem kelistrikan Bali akan memberi manfaat lingkungan dan ekonomi secara luas.
Bagaimanapun hasil pembakaran batubara atau penggunaan solar pada pembangkit listrik menimbulkan residu polutan yang tidak sedikit. Dari sisi ekonomi pun penggunaan gas memiliki nilai efisiensi yang signifikan.
Menurutnya, dengan penggunaan gas dalam sistem pembangkitan listrik di Bali dengan sendirinya akan meningkatkan kemandirian energi bagi Bali. Selain itu, penggunaan energi bersih akan memberi citra positif untuk Bali di mata dunia.
Melansir dari Kementerian ESDM diketahui, bahwa saat ini Bali memiliki kapasitas pembangkit listrik lebih dari 1.200 MW, dengan kebutuhan maksimal berkisar 980 MW, dan sebesar 350 MW bersumber dari pembangkit Paiton di Jawa Timur yang masih menggunakan batubara.
Tercatat sampai dengan akhir Maret 2022 konsumsi listrik di sektor bisnis mencapai 491 GWh dengan kontribusi 39,71 persen dari total konsumsi listrik secara di Bali. Kontribusi terbesar berasal dari pelanggan besar sektor pariwisata. Hal ini tampak pada periode yang sama tahun lalu (Maret 2021) saja permintaan layanan kelistrikannya tumbuh hingga 27,15 persen.
Angka ini diproyeksikan akan meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi Bali, sebagaimana tercantum dalam RUPTL Perusahaan Listrik Negara (PLN) 2021-2030, beban listrik Bali akan mencapai 1.185 Megawatt sampai dengan 2023.
Terkait pemilihan lokasi proyek terminal gas yang belakangan diributkan, Dharma Putra pun mengingatkan bahwa Bali pernah memiliki pengalaman bagaimana mengelola kawasan proyek dengan melakukan program recovery lingkungan dengan pendekatan sosial budaya yang tepat. Sebutlah, proyek Denpasar Sewerage Development Project (DSDP), Proyek Pengamanan Pantai Sanur, Kuta, Nusa Dua dan Tanah Lot (Bali Beach Conservation Project), pembangunan waduk, instalasi pengolahan sampah di Denpasar, yang ekses negatifnya mampu diminimalisasi.
“Yang penting, setiap proyek harus memberi manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat dan alam Bali, agar tetap selaras dengan prinsip-prinsip Tri Hita Karana. Manusia Bali tidak bisa lepas dari harmonisasi manusia-lingkungan sebagai bentuk yadnya kepada Tuhan,” imbuhnya.
Dharma Putra yang memperoleh gelar Magister Kimia Kelautan dari University of Wollongong, New South Wales, Australia dan gelar doktor di Bidang Budaya dan Lingkungan dari Universitas Udayana ini menyadari bahwa setelah melewati fase perencanaan gagasan, muncul kendala-kendala di lapangan.
“Di Indonesia harus diakui persoalan penentuan lokasi proyek sering menimbulkan masalah karena kita belum memiliki suatu sistem data terintegrasi terkait lokasi dan statusnya. Dari blueprint tersebut kemudian didetailkan ke masing-masing titik lokasi, berupa detail engineering design,” imbuhnya.
Oleh karena itu, menurutnya, perlu kajian/analisis lingkungan hidup strategis pada rencana di lokasi tersebut. Terkait reaksi dari masyarakat Sanur terhadap rencana pembangunan terminal, Dharma Putra dapat memahami dinamika pada level grass root tersebut.
Kekhawatiran masyarakat harus didengar dan diserap oleh para pemangku kebijakan, eksekutif, legislatif, maupun pelaksana pekerjaan. Berdasarkan pengalaman seringkali persoalan ini muncul akibat kurangnya komunikasi dan sosialisasi di antara para pihak dengan masyarakat.
“Perlu kajian sosial budaya yang mendalam sebelum sebuah proyek dikerjakan”, pungkasnya.
Dharma Putra sejak tahun 1991 melakukan penelitian utama dan kegiatan profesionalnya adalah dalam studi terkait lingkungan seperti pengelolaan dan pemantauan lingkungan, penilaian dampak lingkungan, pembangunan hijau, pariwisata hijau, pengelolaan pesisir terpadu, dan pembangunan berkelanjutan.
Reporter: bbn/tim