5 Negara Yang Jemaahnya Terancam Gagal Haji Selain RI
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DUNIA.
Penyelenggaran ibadah haji 2022 menjadi sorotan setelah 46 warga Indonesia calon jemaah haji furoda dideportasi Arab Saudi karena dokumen perizinan tidak resmi. Sejak berita itu terungkap, ternyata ada setidaknya 4.000 WNI calon jemaah haji furoda atau mujamalah gagal berangkat ke tanah suci karena belum mendapatkan visa.
Haji furoda atau mujamalah merupakan sebutan untuk program haji legal di luar kuota haji Pemerintah Indonesia. Kuota haji furoda dikeluarkan dan diberikan langsung dari pemerintah Saudi.
Masalah haji furoda ini pun menjadi salah satu kasus besar yang terjadi selama penyelenggaraan haji tahun ini di Indonesia. Namun ternyata tak hanya Indonesia saja yang menghadapi masalah dalam proses penyelenggaraan haji.
Beberapa negara di bawah ini juga tengah menghadapi permasalahan prosedur ibadah haji sehingga ratusan hingga ribuan warganya terancam gagal menunaikan rukun Islam kelima itu tahun ini.
Selain Indonesia, berikut 5 negara yang sebagian calon jemaah hajinya terancam gagal berangkat haji:
1. Amerika Serikat
Ribuan Muslim di AS terancam batal berangkat haji setelah pemerintahan Raja Salman menerapkan aturan baru soal pendaftaran haji. Sekitar awal Juni lalu, Saudi tiba-tiba mengumumkan perjalanan haji bagi calon jemaah yang berasal dari negara Barat hanya dapat dipesan melalui satu portal online resmi pemerintah yang disebut Motawif.
Segala urusan mulai dari akomodasi hotel, tiket pesawat, dan visa khusus semuanya akan diatur dan dibayar melalui Motawif. Riyadh mengatakan bagi calon haji yang telah memesan paket haji melalui metode konvensional yakni agen perjalanan resmi tidak bisa pergi dan perlu meminta pengembalian uang (refund).
Akibatnya, calon jemaah haji AS yang berencana berangkat tahun ini harus berbondong-bondong mengajukan pengembalian dana ke masing-masing agen perjalanan dan mendaftar ulang via Motawif.
Banyak calon jemaah haji AS mengaku harus berebut mengajukan refund. Sementara itu, mereka juga gagal mendaftar haji via Motawif karena sistem error.
Banyak calon jemaah yang mengaku harus mencoba hingga 50-60 kali sebelum bisa berhasil mendaftar paket perjalanan haji melalui Motawif. Namun, setelah melakukan pembayaran, para calon haji tersebut malah menerima konfirmasi pesan bahwa pendaftaran mereka tidak diterima atau gagal, sementara uang tetap ditarik.
Beberapa calon jemaah haji lainnya bahkan gagal berangkat setelah berada di bandara lantaran maskapai mengatakan penumpang pesawat sudah penuh.
"Mereka menghancurkan segalanya," kata Sawsan Jabri, seorang Muslim asal Atlanta, yang terancam gagal berangkat haji meski telah mendaftar dan membayar US$8.000 (Rp119 juta), seperti dikutip The Washington Post.
2. Nigeria
Sedikitnya 3.000 calon jemaah haji asal Nigeria terancam batal pergi ke Arab Saudi setelah Komisi Haji Nasional Nigeria (NAHCON) terlambat mengirim setoran biaya perjalanan ke agen-agen di Saudi.
Dikutip People Gazette, sejumlah badan urusan haji pemerintah Nigeria gagal mengamankan biaya perjalanan utama jemaah haji dan biaya untuk mengajukan visa. Masalah terkait surat keterangan hasil tes PCR Covid-19 yang tak kunjung keluar bagi sebagian calon jemaah juga menambah panjang masalah yang dihadapi calon haji di negara tersebut.
Akibat hal ini, pemerintah Nigeria meminta Saudi memperpanjang tenggat waktu calon jemaah haji tiba.
3. Pakistan
Puluhan calon jemaah haji asal Pakistan dilaporkan terancam batal pergi setelah pembatalan penerbangan tiba-tiba dan ketinggalan penerbangan karena salah urus oleh Kementerian Agama, bunyi laporan ARY News. Penerbangan Pakistan International Airline (PIA) yang membawa jemaah haji tiba-tiba dibatalkan pada akhir pekan lalu.
Menurut rincian, otoritas PIA tiba-tiba membatalkan penerbangan PK739 dari Multan ke Jeddah. Pihak berwenang telah mengarahkan jemaah haji untuk mencapai Lahore 'dengan biaya sendiri'
Para peziarah mengklaim bahwa maskapai nasional telah menjual tiket lebih mahal dari harga yang diumumkan oleh pemerintah. Pemerintah telah menetapkan tarif maksimum 220.000 rupee Pakistan (Rp16 juta), sedangkan Pakistan International Airline menjual tiket kepada para peziarah dengan harga 253.000 rupee Pakistan (Rp18 juta).
Sementara itu, pada Juni lalu, 29 calon jemaah haji Pakistan juga gagal berangkat ke Madinah via Lahore setelah ketinggalan pesawat. Sumber ARY News mengatakan Kemenag gagal memberi tahu para peziarah tentang penerbangan tepat waktu. Jemaah haji diberitahu tentang penerbangan melalui situs web dan SMS di nomor ponsel mereka.
4. Inggris
Sama kasusnya seperti di AS, ribuan calon haji asal Inggris terancam batal pergi gegara aturan baru Saudi yang mengharuskan warga negara Barat daftar haji via Motawif. Hampir seluruh pendaftar haji via Motawif mengeluh selalu gagal mendaftar meski uang yang telah mereka trannsfer tertarik.
"Assalamualaikum @Motawif_SA bisakah Anda memberi tahu saya status pemesanan perjalanan haji saya apakah saya bisa pergi atau tidak? Saya sekarang stres dan dilema karena saya juga memesan perjalanan haji untuk keluarga, rekan kerja, dan bisnis," kata Moosa Kaleem, seorang Muslim Inggris mengeluh via Twitter.
Selain itu, para calon jemaah haji mengaku kesulitan menghubungi pihak Motawif untuk meminta bantuan.
"@Motawif_SA adalah seseorang dari perusahaan Anda yang benar-benar bisa menjawab telepon dan memberikan penjelasan spesifik kepada kostumer terkait masalah kami?" kata seorang Muslim lainnya di Twitter.
Tahir Ahmed, seorang diplomat Inggris yang turut mendaftar haji via Motawif, mengaku dia hanya diberikan no kontak Motawif yang nampaknya merupakan no telepon asal Prancis.
"Setelah mencoba menunggu selama 40 menit, sambungan telepon saya tiba-tiba terputus," kata Ahmed seperti dikutip Salaamgateway.
5. Australia
Sama seperti kasus di negara Barat, calon jemaah haji asal Australia juga terancam gagal pergi lantaran ketidakjelasan aturan pemesanan paket perjalanan dari Saudi.
Imbasnya, hampir seluruh agen perjalanan yang membuka paket haji terancam rugi bandar lantaran banyak calon jemaah haji yang menuntut pengembalian dana setelah aturan baru Saudi tersebut.
"Ini benar-benar menghancurkan seluruh pasar, tidak hanya dari sudut pandang agen perjalanan, tetapi juga bagi para calon jemaah haji," kata pemilik sebuah agen perjalanan di Sydney kepada ABC News.
"Tidak semua orang akrab dengan internet. Ada warga lansia yang tidak terbiasa dengan proses online ini, yang bahkan tidak memiliki kartu kredit. Jadi benar-benar berantakan, jujur saja padamu."(sumber: cnnindonesia.com)
Editor: Juniar
Reporter: bbn/net