search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Zelensky Girang Saudi Akan Bantu Ukraina Rp6,1 Triliun
Senin, 17 Oktober 2022, 16:58 WITA Follow
image

beritabali.com/cnnindonesia.com/Zelensky Girang Saudi Akan Bantu Ukraina Rp6,1 Triliun

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DUNIA.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengaku girang bakal mendapat bantuan dari Arab Saudi senilai US$400 juta atau setara Rp6,1 triliun untuk negaranya. Zelensky menegaskan hubungan negaranya dan Arab Saudi saat ini adalah yang paling berarti selama 30 tahun terakhir, Minggu (16/10).

"Saat ini, kami memiliki hubungan yang paling berarti dengan Arab Saudi selama 30 tahun terakhir," ujar Zelensky, dikutip dari CNN.

Zelensky juga menilai usaha Ukraina untuk terus berkomunikasi dengan Arab Saudi menghasilkan "sesuatu yang berharga."

"Ada kesepakatan signifikan. Dibandingkan dengan yang lain, keputusan kemitraan ini menghasilkan paket dukungan kemanusiaan senilai US$400 juta (Rp6,1 triliun). Itu sangat penting," lanjutnya.

Sebagaimana diberitakan CNN, pernyataan Zelensky diungkapkan setelah Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MbS) berjanji memberikan dukungan kemanusiaan senilai Rp6,1 triliun ke Ukraina pada Jumat (14/10).

Komitmen Saudi untuk membela Ukraina juga diutarakan oleh Menteri Pertahanan Khalid bin Salman.

"Kami heran akan tuduhan bahwa kerajaan mendukung Rusia dalam perang di Ukraina. Itu merupakan tuduhan yang salah, yang tidak berasal dari pemerintah Ukraina," ujar Khalid dalam pernyataan Twitter pada Minggu.

Khalid juga menyebarkan ulang cuitan dari Zelensky, yang berisi ucapan terima kasih atas bantuan MbS karena mendukung integritas teritorial Ukraina dan resolusi di Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Sebagaimana diberitakan CNN, beberapa pejabat Amerika Serikat menuduh Arab Saudi mendukung Rusia karena keputusan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC+) untuk mengurangi produksi minyak.

OPEC+ diketahui memutuskan mengurangi produksi minyak mereka hingga dua juta barel per hari. Namun, keputusan itu tak disetujui oleh AS.

Menurut AS, pengurangan tersebut dapat menaikkan harga minyak dan 'membiayai' perang Rusia di Ukraina. Namun, keputusan ini tak diambil Saudi dan negara OPEC+.

Merespons keputusan OPEC+, Presiden AS Joe Biden bahkan mengancam bakal memberikan "konsekuensi" terhadap Saudi.

Tak hanya itu, Sekretaris Pers Gedung Putih Karine Jean-Pierre mengatakan "jelas bahwa OPEC+ bersekutu dengan Rusia," dikutip dari DW.

Khalid kemudian membalas tuduhan ini dengan mengatakan keputusan OPEC+ adalah "murni politik" dan tidak seharusnya dianggap "mendukung Rusia."

"Iran juga merupakan anggota OPEC, apakah ini berarti kerajaan turut mendukung Iran?" kata Khalid dalam Twitter.(sumber: cnnindonesia.com)

Editor: Juniar

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami