Rusia 'Out' dari Perjanjian Nuklir, Putin Siap Perang Nuklir?
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DUNIA.
Rusia mundur dari perjanjian nuklir dunia, New START (Strategic Arms Reduction Treaty). Perjanjian yang dibuat 2010 itu, sebelumnya melucuti senjata nuklir antara Kremlin dan Amerika Serikat (AS), yang memiliki nama resmi Measures for the Further Reduction and Limitation of Strategic Offensive Arms.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan bahwa Moskow menangguhkan partisipasinya, Selasa, dalam sebuah pidato kenegaraan di tengah kunjungan Presiden AS Joe Biden ke Kyiv dan menjelang setahun perang Rusia-Ukraina. Putin juga menyebut Rusia hanya akan melanjutkan diskusi setelah senjata nuklir Prancis dan Inggris juga diperhitungkan.
Penangguhan oleh Putin dinilai pengamat bahaya. Ini akan meningkatkan risiko perlombaan senjata baru, bersamaan dengan perang di Ukraina.
Masa depan disebut tak akan stabil dan dapat diprediksi. Ini juga memacu kekuatan lain seperti Cina, India, dan Pakistan untuk membangun persenjataan nuklir mereka.
"Perjanjian itu secara efektif membatasi jumlah hulu ledak per rudal yang dapat disebarkan oleh kedua belah pihak sehingga menghindari kehancuran akibat melipatgandakan jumlah hulu ledak beberapa kali lipat," kata Direktur Strategi, Teknologi dan Pengendalian Senjata Institut Internasional untuk Studi Strategis, William Alberque, dimuat Reuters, Rabu (22/2/2023).
"Kedua belah pihak dapat segera beralih dari 1.550 hulu ledak strategis menjadi 4.000, dalam semalam," tambahnya.
Hal sama juga dikatakan post-doctoral fellow di Proyek Nuklir Oslo, James Cameron. Ia mengatakan bahwa jika New START ditinggalkan, itu akan menandai kembalinya aura Perang Dingin.
"Jadi kita akan memiliki ketidakstabilan besar dalam hubungan di mana kedua belah pihak (Rusia dan AS) bertindak pada skenario terburuk, menambahkan sistem dan rencana yang lebih rumit untuk penggunaannya," katanya.
"Pada akhirnya mengarah pada situasi yang jauh lebih tidak stabil antara kedua belah pihak dan juga lebih besar. Risiko beberapa jenis penggunaan nuklir," ujarnya.
Secara tegas, kedua analis mengatakan bahwa Putin telah menandai kemungkinan bahwa Rusia akan melanjutkan pengujian senjata nuklirnya. Meskipun Putin mengklaim Moskow tetap tidak akan mengambil langkah itu kecuali Washington melakukannya terlebih dahulu.
Hal itu dapat membuka jalan bagi Putin untuk menuduh Washington menyiapkan tes untuk membenarkan perang nuklir.(sumber: cnbcindonesia.com)
Editor: Juniar
Reporter: bbn/net