search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Ini Alasan Luhut Tak Segan Bilang Singapura Brengsek
Jumat, 12 Mei 2023, 12:03 WITA Follow
image

bbn/net/Ini Alasan Luhut Tak Segan Bilang Singapura Brengsek.

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, NASIONAL.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan tak segan menyebut tetangga RI Singapura brengsek.

Hal itu lantaran Singapura dinilai mau membodohi Indonesia atas upaya impor listrik energi hijau dari Indonesia. Ucapan 'brengsek' itu dikatakan oleh Luhut karena Singapura "hanya" ingin "bersih"-nya saja, yakni membeli listrik berbasis Energi Baru Terbarukan (EBT) atau energi bersih. Tapi proyek industri bersihnya, seperti panel surya, tidak dibangun di RI.

Sementara Luhut ingin industri energi bersih, seperti panel surya, terlebih dahulu dibangun di RI.

Hal ini juga ditegaskan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Usut punya usut, Kementerian ESDM mengungkapkan bahwa yang diinginkan oleh Indonesia adalah industri hingga produksi listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) tersebut dilakukan di Indonesia.

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengungkapkan bahwa Indonesia menginginkan Singapura juga ikut berinvestasi dalam pembangunan industri PLTS di Indonesia.

"(Industri) di kita, harus industri kita, supaya TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri)-nya naik di kita. Nanti kerja sama investasi ya," ucap Dadan saat ditemui di Jakarta, Kamis (11/5/2023).

Dadan menyebut, setidaknya ada dua kesepakatan dengan Singapura terkait ekspor listrik, yakni pengembangan industri sisi hulu berupa pembangunan industri atau manufaktur panel surya atau PLTS, dan akhirnya listrik dari PLTS tersebut bisa diekspor ke Singapura.

"Kan kesepakatannya itu, kita itu nanti ada dua aktivitas ya. Pengembangan industri hulunya, manufacturing untuk PLTS-nya, kemudian untuk ekspornya. Itu sudah satu paket. Ya dia harus jalan dulu industrinya," jelas Dadan.

Berikut kronologi lengkap pernyataan Luhut terkait permintaan listrik dari Singapura dalam acara 'Hilirisasi dan Transisi Energi Menuju Indonesia Emas' di Jakarta, dikutip Kamis (10/5/2023).

"Indonesia sedang mengembangkan rantai EV, ini sekarang sudah berjalan EV. Jadi ekosistem yang kita bangun saya sempat dengar sebagian dari Pak Rida, harus beroperasi, itu yang dilakukan sangat bagus, saya kira sudah keluar Rp 14 triliun. Itu dengan rate rupiah yang terkoreksi dia Rp 36 triliun, kemarin saya tanya".

"Kemudian juga turut mengembangkan rantai panel surya. Bapak ibu sekalian, ini Singapura minta supaya kita ekspor listrik clean energy ke sana. Kita nggak mau, saya bilang nggak mau. Mau, kalo proyeknya di kita. Ini kan brengsek Singapura ini, dipikir kita bodoh aja, dia tender perusahaan-perusahaan kita, emang gue pikirin".

"Jadi sekarang poli silikon kita buat di Indonesia, nah poli silikon industri ini, nggak bisa bersaing ke China karena China very competitive, hanya bisa bersaing kalau Amerika ikut jadi offtaker-nya dan revenue-nya. Jadi saya bilang di Amerika kalian nggak setuju sama China, ya kalian itu mau nggak, kemarin di Washington, ya sudah saya bisa buat, bisa, karena punya silikanya, kami punya silika bahan materialnya, kami ingin sekarang. Investornya ada, dari Taiwan we willing to, willing," tuturnya.

Sejatinya, pembahasan mengenai ekspor listrik ke Singapura bukan barang baru. Luhut beberapa waktu lalu juga pernah yang mengungkapkan perusahaan RI bisa mengekspor listrik ke Singapura, asalkan industri panel surya di dalam negeri dibangun terlebih dahulu.

"Mengenai mereka (Singapura) pingin ada ekspor solar panel dari Indonesia listriknya, dan Singapura. Tapi kita nggak mau begitu, maunya harus end to end. Kita harus bangun solar panel di sini, industrinya, kemudian baterainya, dan seterusnya. Baru kita ekspor ke Singapura, jadi win-win," ungkapnya, dikutip Kamis (16/03/2023).

Sebagai tindak lanjut dari perintah Menko Luhut tersebut, sederet perusahaan energi RI sepakat menandatangani nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/ MoU) untuk pengembangan energi baru terbarukan (EBT), dan rantai pasok panel surya atau Solar Photovoltaic (PV) dan Sistem Penyimpanan Energi Baterai (SPEB) di Indonesia.

Penandatanganan MoU ini juga melibatkan beberapa pabrikan manufaktur PV dan baterai (Original Equipment Manufacturer/ OEM).

Adapun perusahaan energi Indonesia yang meneken MoU tersebut antara lain PT Adaro Clean Energy Indonesia (Adaro Green), PT Medco Power Indonesia (Medco Power), dan PT Energi Baru TBS (Energi Baru).

Ketiga perusahaan energi RI ini juga menandatangani MoU dengan pabrikan manufaktur PV dan baterai (OEM) dari dalam dan luar negeri, antara lain PT Utomo Juragan Atap Surya Indonesia, LONGi Solar Technology Co Ltd, Jiangsu Seraphim Solar System Co Ltd, Znshine PV-Tech Co Ltd, Sungrow Power Supply Co Ltd, PT Huawei Tech Investment, dan REPT BATTERO Energy Co Ltd. (sumber: cnbcindonesia.com)

Editor: Robby

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami