Air Terjun Canging, Hidden Gem di Desa Sambangan Buleleng
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, BULELENG.
Jika mendambakan sejuknya suasana pepohonan ditemani air terjun dengan panorama megah, Air terjun Canging atau Cangin Waterfall yang terletak di Desa Sambangan, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng, Bali bisa menjadi rekomendasinya.
Dari kota Singaraja membutuhkan perjalanan kurang lebih 11 Km dan 24 menit. Walaupun akses jalan yang sedikit ekstrem, tetapi dalam perjalanan akan disuguhkan dengan hamparan sawah dan perkebunan yang asri.
Dengan bantuan dari pemerintah dan warga setempat untuk memudahkan akses jalan para wisatawan, jalanan yang dulunya dikenal harus melewati jalan tanah dan berkerikil sekarang sudah beraspal dan beton menjadikan perjalanan lebih mudah.
Walaupun akses jalan yang sudah dipermudah, namun masih membutuhkan kendaraan yang memadai untuk sampai ke tempat tujuan dikarenakan air terjun ini berada di dataran tinggi yang berarti harus melewati tanjakan yang lumayan terjal dan dengan curah hujan yang tinggi membuat jalan beton menjadi berlumut.
Saat pandemi covid-19, Canging Waterfall menjadi terdampak dengan sepinya pengunjung dan kelompok pengelolanya juga dibubarkan. Pengelola utama dari Canging waterfall adalah Badan Usaha Milik Desa atau BUMDes yang di dalamnya terdapat kelompok sadar wisata atau Pokdarwis terdiri dari 12 orang yang diketuai oleh Gede Yasa.
Di tahun 2023 tepatnya bulan Juli lalu, BUMDes ingin membangkitkan kembali Pokdarwis untuk merawat Canging Waterfall yang sempat terbengkalai.
Upaya yang dilakukan Pokdarwis untuk meramaikan kembali Canging Waterfall. Promosi dan kerja sama dengan tour guide dari Wanagiri diharapkan dapat menarik wisatawan kembali ke Canging Waterfall.
Dalam mengelola Canging Waterfall, Pokdarwis mengidentifikasi sejumlah kendala seperti kurangnya SDM berkualitas dalam kelompok pengurus yang membuat pengelolaan Canging Waterfall kurang optimal. Fasilitas darurat seperti kamar mandi yang tidak memadai dan tempat berteduh saat hujan yang masih kurang juga menjadi hambatan bagi Pokdarwis untuk menarik wisatawan. Kendati Pokdarwis sudah melapor ke BUMDes soal itu, namun anggaran yang cukup besar untuk memperbaiki fasilitas belum tersedia.
Gede Yasa selaku Ketua Pokdarwis Canging Waterfall menjelaskan asal – usul kenapa dinamakan air terjun canging. Dulunya, kata dia, ada pohon canging yang besar disana tapi sekarang sudah mati. Seperti biasanya orang dulu itu menamakan tempat sesuai dengan apa yang bermanfaat di sekitar tempat itu makanya disebut ceburan (air terjun) canging dulu, dan disana tidak hanya ada 1, namun ada total 3 air terjun.
"Yang kedua di atas air terjun canging itu ada ceburan (air terjun) dedari. Jadi sepengetahuan saya orang dulu sudah menamainya ceburan (air terjun) dedari. Dan air terjun ketiga yang berada di paling atas adalah ceburan (air terjun) cemara, asal – usulnya itu karena orang dulu bilang banyak ada pohon cemara disana jadinya dinamakan ceburan (air terjun) cemara,” Ujar Gede Yasa.
Namun mulai 2024 mendatang pihak Pemerintah Desa dan BUMDes akan mematok tarif Canging Waterfall agar dikelola dengan serius. Para wisatawan dikenakan biaya, dari mulai wisatawan asing Rp20.000,00 dan untuk wisatawan lokal Rp15.000,00. Dengan dikelolanya Canging Waterfall secara serius, diharapkan akan berdampak pada kelestarian dan kesejahteraan masyarakat sekitar.
Yang membuat Air Terjun Canging unik adalah penampilannya yang berubah-ubah sepanjang tahun. Selama musim hujan, air terjun ini bagaikan tirai raksasa yang terbuat dari mutiara, dengan air yang mengalir deras di atas tebing dan masuk ke dalam kolam di bawahnya. Selama musim kemarau, air terjun ini seperti permadani sutra yang dibentangkan di atas tebing, dengan air yang mengalir lebih lembut dan tenang.
Jika suntuk dalam bekerja atau belajar, Canging waterfall merupakan solusi untuk melepas stress. Di Canging Waterfall, Anda tak hanya bisa berendam namun juga bisa mendaki dan camping yang membuat suasana hati menjadi gembira.
Editor: Robby
Reporter: bbn/rls