Waspada Dampak Bullying pada Kesehatan Mental Anak
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Bullying atau perundungan di sekolah masih menjadi suatu fenomena yang kerap kali terjadi di lingkungan anak-anak dan remaja. Tindakan bullying sekecil apapun tidak bisa dibiarkan, karena akan berdampak pada kesehatan mental anak.
Sebaiknya orang tua mengetahui dampak bullying pada kesehatan mental anak. Dampak bullying bisa menyebabkan anak menjadi tidak percaya diri, mengalami gangguan kecemasan, menarik diri dari segala kehidupan sosial hingga dapat memicu keinginan untuk bunuh diri.
Dampak Bullying pada Anak
Menjadi korban bullying dapat menjadi hal yang sangat tidak menyenangkan bagi anak-anak dan remaja. Selain merasa tidak nyaman, anak juga lebih rentan mengalami stres dan depresi. Sayangnya masih banyak orang tua yang menganggap remeh hal ini, sehingga anak enggan bercerita tentang pengalamannya mengalami bullying, dan hal ini menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya gangguan kesehatan mental pada anak dan remaja.
Korban bullying biasanya mengalami masalah-masalah berikut:
1. Kecemasan
Anak-anak dan remaja yang menjadi korban bullying seringkali mengalami gejala psikosomatis yang disebabkan oleh kecemasan karena merasa tertekan.
2. Gangguan Tidur
Bullying dapat mempengaruhi pola tidur, biasanya korban bullying akan sulit tidur dan tidak bisa tidur nyenyak. Mereka sering terbangun di malam hari karena mimpi buruk.
3. Gangguan Makan
Bentuk bullying verbal maupun fisik paling banyak terjadi adalah orang yang dianggap terlalu gemuk atau terlalu kurus, sehingga pelaku menggoda dan terus mengolok-olok. Sehingga, membuat kondisi psikologis korban bullying terganggu dan menimbulkan trauma cukup besar pada anak. Kondisi ini dapat mendorong berkembangnya gangguan makan seperti anoreksia dan bulimia di kemudian hari.
4. Kurangnya Rasa Percaya Diri
Salah satu dampak bullying terhadap kesehatan mental adalah anak menjadi rendah diri merasa tidak berharga, lama kelamaan menghancurkan rasa percaya diri pada anak. Tentu saja, hal ini dapat berdampak pada keterampilan sosial-emosional saat remaja hingga dewasa.
5. Kesulitan Bersosialisasi
Anak maupun remaja yang mengalami korban bullying merasa kurang percaya diri dan merasa tidak setara dengan teman sebayanya hal ini dapat terbawa hingga dewasa sehingga mengakibatkan hilangnya kemampuan untuk bersosialisasi.
6. Hilangnya motivasi
Sebagian besar kasus bullying di kalangan anak-anak dan remaja terjadi di sekolah. Biasanya korban menjadi takut dan malas bertemu pelaku bullying saat berangkat ke sekolah dan juga menyebabkan anak kehilangan minat belajar atau tidak dapat berkonsentrasi dikelas karena hal tersebut, tentu saja membuat prestasi anak menurun.
7. Menarik Diri
Korban bullying memilih menarik diri dari segala kehidupan sosial dan lebih nyaman hidup sendiri. Biasanya mereka selalu mempunyai pikiran “Aku tidak mau berteman dengan orang lain karena aku takut di-bully”.
8. Depresi
Bullying pada anak dapat menyebabkan kecemasan dan depresi. Karena pelaku bully menggunakan kekerasan verbal maupun fisik untuk membuat korbannya merasa takut dan putus asa hingga menimbulkan masalah psikologis seperti kecemasan berlebihan dan depresi.
9. Pikiran Balas Dendam
Inilah dampak bullying yang paling berbahaya. Sebab, anak mungkin menganggap kekerasan terhadap orang lain merupakan upaya balas dendam atas pembullyian yang dialaminya selama ini.
10. Ide Bunuh Diri
Dampak bullying terhadap kesehatan mental remaja tidak boleh dianggap remeh. Anak-anak dan remaja yang mengalami bullying dapat mengalami depresi yang tiada henti, sehingga merasa dirinya rendah dan tidak berharga sampai mungkin bisa memutuskan untuk mengakhiri hidupnya.
Apa yang harus kita lakukan sebagai orang tua jika suatu saat kita melihat tanda-tanda bullying pada anak kita di sekolah?
Berikut adalah beberapa langkah yang dapat menjadi alternatif untuk kita lakukan.
1. Cross check
Orang tua wajib mencari informasi yang jelas dan benar dengan cara meng-crosscheck keterangan yang diberikan anak kepada pihak sekolah.
2. Mediasi
Orang tua sebaiknya meminta pihak sekolah untuk mediasi pertemuan antara orangtua korban dan pelaku, bila pelakunya adalah teman sebaya di sekolah yang sama.
3. Menuntut tegas
Orang tua bisa menuntut tegas pelaku melalui mediasi sehingga diharapkan perlu tidak mengulangi perbuatannya tersebut. Bila mengulangi perbuatannya akan dikenakan sanksi, hal ini penting untuk menumbuhkan rasa aman bagi anak.
4. Pendampingan
Orang tua wajib mendampingi buah hatinya selama masa pemulihan untuk menumbuhkan rasa percaya diri anak dan membantu anak kelak terhindar dari tindak bullying yang lainnya.
Hal-hal penting lainnya yang perlu dilakukan orang tua agar anak terhindar dari bullying di sekolah adalah
1. Menyakinkan anak bahwa kita menyayanginya dan mencintai mereka.
2. Melatih anak untuk berani mengatakan “tidak” terhadap hal yang tidak mereka sukai.
3. Melawan atau membela diri dengan sungguh-sungguh, sehingga pelaku menyadarinya.
4. Memberitahu anak untuk melaporkan pada guru dan pengawas sekolah apabila mereka tidak mampu melawan.
Oleh karena itu, ketika seorang anak menjadi korban bullying, dukungan dari orang dewasa di sekitarnya sangatlah penting. Hal ini tidak hanya menyebabkan masalah psikologis, namun dapat mempengaruhi kualitas hidup anak secara keseluruhan dalam jangka panjang. Bukan tidak mungkin korban bullying akan kehilangan rasa percaya diri dan memiliki pandangan hidup yang pesimistis.
Dalam hal ini, anak mungkin merasa tidak ingin lagi menjalani hidup. Orang tua harus lebih berhati-hati jika anaknya mengalami perubahan perilaku dari biasanya, karena bisa jadi itu pertanda anak Anda sedang di-bully.
Penulis:
dr. Lina Sriwaningsi
Editor: Redaksi
Reporter: bbn/opn