search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Tak Peduli Nego Gencatan Senjata, Netanyahu Bakal Terus Gempur Rafah
Selasa, 27 Februari 2024, 14:48 WITA Follow
image

beritabali.com/cnnindonesia.com/Tak Peduli Nego Gencatan Senjata, Netanyahu Bakal Terus Gempur Rafah

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DUNIA.

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan pasukan Israel akan terus menggempur Rafah Jalur Gaza Palestina terlepas dari ada gencatan senjata yang disepakati atau tidak.

Pernyataan itu muncul saat Netanyahu wawancara dengan dengan CBS News dan dirilis pada Minggu (25/2). Ia yakin Israel akan mencapai kemenangan total usai operasi Rafah dimulai.

Kemenangan total, lanjut dia, akan tercapai dalam kurun waktu hitungan pekan.

"Itu harus diselesaikan. Karena kemenangan mutlak adalah tujuan kami dan kemenangan akan diraih," ujar Netanyahu, dikutip New York Times, Minggu (25/2).

Lebih lanjut, Netanyahu mengatakan jika gencatan senjata tercapai pergerakan ke Rafah akan "sedikit tertunda."

Sementara itu, sejumlah pejabat Israel mengatakan pertempuran di Rafah bisa terjadi saat Ramadan. Bulan suci bagi warga Muslim ini akan dimulai kemungkinan pada 10 Maret.

Israel belakangan ini juga menyatakan akan mengevakuasi warga dari Rafah ke tempat yang lebih aman.

Selama bertahun-tahun, Ramadan menjadi momen kritis bagi warga Palestina dan Israel. Di masa-masa tersebut, biasanya pasukan Zionis akan menyerang kompleks Masjid Al Aqsa hingga menembaki jamaah yang beribadah.

Dari kejadian itu akan muncul perlawanan dan memicu konflik lalu dimanfaatkan pihak tertentu dan berkepanjangan.

Rencana Israel menyerang Rafah saat Ramadan memicu kecaman dari berbagai pihak termasuk Amerika Serikat.

Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi mengingatkan dampak bencana jika pertempuran terus berlanjut saat Ramadan di Gaza.

"Itu akan menempatkan wilayah dalam risiko ledakan," ujar dia.

Sementara itu, penasihat keamanan nasional Gedung Putih, Jake Sullivan, kembali mendesak agar Israel berhati-hati.

"Kami tidak percaya bahwa sebuah operasi, sebuah operasi militer besar, harus dilakukan di Rafah kecuali ada rencana yang jelas dan dapat dilaksanakan untuk melindungi warga sipil," kata Sullivan saat wawancara dengan NBC.

Dia lalu berujar, "Untuk membuat mereka aman dan untuk memberi makan, pakaian dan rumah bagi mereka - dan kami belum melihat rencana seperti itu."

Israel melancarkan agresi ke Palestina pada 7 Oktober. Mereka juga mendeklarasikan melawan Hamas.

Imbas serangan tersebut, lebih dari 29.000 orang tewas dan ratusan ribu rumah hancur.(sumber: cnnindonesia.com)

Editor: Juniar

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami