search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Potensi Beda Tanggal Awal Ramadan, Menag & Muhammadiyah Buka Suara
Rabu, 6 Maret 2024, 12:42 WITA Follow
image

beritabali.com/cnnindonesia.com/Potensi Beda Tanggal Awal Ramadan, Menag & Muhammadiyah Buka Suara

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, NASIONAL.

Terdapat kemungkinan perbedaan dalam penetapan awal Ramadhan 1445 Hijriah di Indonesia pada tahun ini.

Awalnya BMKG mengungkap kajiannya yang menunjukkan ketinggian hilal di Indonesia saat matahari terbenam pada 10 Maret, berkisar antara 0,33 derajat di Jayapura, Papua, sampai dengan 0,87 derajat di Tua Pejat, Sumatra Barat.

Tinggi hilal berdasarkan kajian BMKG itu belum masuk kriteria tinggi hilal yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia berdasarkan kriteria Menteri-menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS).

Indonesia telah menetapkan posisi hilal untuk menentukan awal bulan hijriah berdasarkan kesepakatan MABIMS dengan tinggi hilal minimal 3 derajat dan elongasi minimal 6,4derajat.

Sementara, ketinggian hilal di Indonesia saat matahari terbenam pada 11 Maret berkisar antara 10,75 derajat di Merauke, Papua, sampai dengan 13,62 derajat di Sabang, Aceh.

Di sisi lain, Muhammadiyah telah menetapkan 1 Ramadhan 1445 H pada Senin, 11 Maret, berdasarkan hisab hakiki wujudul hilal yang dipedomani oleh Majelis Tarjih dan Tajdid.

Meski begitu, Kemenag baru akan menggelar Sidang Isbat untuk menentukan awal puasa atau 1 Ramadan pada 10 Maret mendatang.

Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas mengeluarkan surat edaran yang mengimbau umat Islam tetap menjaga toleransi menyikapi potensi perbedaan 1 Ramadan 1445 H. Menurutnya ada potensi perbedaan penetapan awal Ramadan tahun ini.

Hal ini tertuang dalam edaran Menag nomor 1 tahun 2024 tentang Panduan Penyelenggaraan Ibadah Ramadan dan Hari Raya Idulfitri 1445 H/2024 M yang ditandatangani 26 Februari 2024.

Yaqut juga mengimbau umat Islam melaksanakan ibadah Ramadan dan Hari Raya Idulfitri sesuai dengan syariat Islam dan menjunjung tinggi nilai toleransi. Ia juga menganjurkan untuk mengisi dan meningkatkan syiar selama bulan Ramadan.

"Umat Islam diimbau untuk tetap menjaga ukhuwah islamiyah dan toleransi dalam menyikapi potensi perbedaan penetapan 1 Ramadan 1445 Hijriah/2024 Masehi," bunyi salah satu poin tersebut.

Wakil Menteri Agama (Wamenag) Saiful Rahmat Dasuki menganggap biasa jika awal bulan Ramadan tahun 1445 H/2024 ini potensial berbeda antara pemerintah dengan Muhammadiyah.

"Wah, sudah biasa, sudah biasa," kata Saiful di Hotel Aston, Grogol, Jakarta, Rabu (28/2).

Senada dengan Yaqut, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti juga memprediksi nantinya awal bulan Ramadan 1445 H tahun ini akan berbeda antara Muhammadiyah dan pemerintah. Sementara Hari Raya Idulfitri akan berlangsung sama dengan pemerintah.

Mu'ti lantas berkelakar banyak warga yang ikut Muhammadiyah jika organisasi keagamaan Islam pimpinan Haedar Nashir itu menetapkan awal puasa lebih dulu ketimbang pemerintah.

"Kalau Hari Raya berbeda, yang ikut duluan saya kira banyak. Tapi kalau ikut puasanya yang Muhammadiyah duluan, saya enggak yakin banyak yang ikut Muhammadiyah," kata Mu'ti yang disambut tawa ketika berpidato di acara peluncuran buku Haedar Nashir di Perpustakaan Nasional, Jakarta, Senin (4/3).(sumber: cnnindonesia.com)

Editor: Juniar

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami