Akun
guest@beritabali.com

Beritabali ID:


Langganan
logo
Beritabali Premium Aktif

Nikmati akses penuh ke semua artikel dengan Beritabali Premium




Dua Bocah SD di Karangasem Idap Diabetes

Sabtu, 14 Juni 2025, 14:20 WITA Follow
Beritabali.com

beritabali/ist/Dua Bocah SD di Karangasem Idap Diabetes.

IKUTI BERITABALI.COM DI GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, KARANGASEM.

Kisah pilu datang dari Banjar Dinas Tihingan Kauh, Desa Bebandem, Karangasem. Dua anak dari pasangan Ni Luh Sukani (42) dan I Wayan Manis (44) harus berjuang melawan penyakit diabetes di usia yang masih sangat belia.

Gede Agus Sukmawan (13) dan adiknya Kadek Junartawan (9) didiagnosa mengidap diabetes tipe 1 sejak dua tahun lalu, sebuah kondisi yang mengharuskan mereka bergantung pada suntikan insulin setiap harinya.

Awalnya, orang tua tidak pernah menyangka bahwa kedua anak mereka akan terkena diabetes, lantaran di keluarga mereka tidak memiliki riwayat penyakit tersebut. Sampai akhirnya, Kadek Junartawan yang kala itu duduk di bangku kelas 2 SD menunjukkan gejala berat badan menurun drastis bahkan sempat tak sadarkan diri.

Dari sana, kemudian dilakukan pemeriksaan di Rumah Sakit, sempat diduga terkena cacingan namun setelah dilakukan tes darah akhirnya ditemukan bahwa kadar gula bocah yang kini sudah berusia 9 tahun itu di atas 1000 mg/dL.

Tak berselang lama, sang kakak Gede Agus Sukmawan yang saat itu duduk di bangku kelas 5 SD juga mengalami gejala yang hampir mirip. Setelah dites, kadar gulanya juga mencapai 500 mg/dL.

Kini, diduga akibat tingginya kadar gula darah tersebut, penglihatan Sukmawan pun terganggu dan dinyatakan mengarah ke penyakit glaukoma yang mengharuskannya rutin kontrol ke RS Bali Mandara.

"Keluhan sekarang cuma melihat kurang jelas, walaupun sudah pakai kacamata tapi masih kesulitan juga untuk membaca," kata Gede Agus Sukmawan yang sebentar lagi akan merayakan ulang tahun ke-13 pada bulan Agustus mendatang.

Keterbatasan ekonomi menambah beban keluarga kecil ini. Sang ayah hanya bekerja sebagai buruh harian membuat cetakan beton, dibantu istrinya yang bekerja sebagai ulat besi dengan penghasilan seadanya. Untuk kontrol rutin ke rumah sakit yang berjarak cukup jauh, mereka mengandalkan bantuan pinjaman kendaraan dari tetangga dan keluarga.

Kini, dua bersaudara yang sebelumnya cukup riang gembira bermain serta aktif latihan menari harus berhadapan dengan jarum suntik insulin setiap harinya. Tak hanya sekali atau dua kali, mereka harus disuntik insulin sebanyak lima kali dalam sehari, tentu saja hal ini menjadikannya sebuah rutinitas yang tidak mudah untuk dijalani oleh anak-anak seusianya.

"Saya tidak tahu kenapa bisa seperti ini. Kami orang tuanya tidak punya riwayat gula," ujar sang ibu, Ni Luh Sukani, dengan mata berkaca-kaca saat wartawan mengunjungi rumahnya, Sabtu (14/6/2025).

Ia mengakui bahwa anak-anak mereka memang cukup suka mengonsumsi jajanan sembarangan, seperti minuman kemasan yang manis, dan mie instan. Namun, siapa sangka kebiasaan tersebut bisa berdampak serius terhadap kehidupan kedua putra mereka.

Kisah Gede Agus dan Kadek Junartawan menjadi peringatan bagi orang tua untuk lebih mengawasi pola makan anak, terutama dalam mengonsumsi jajanan dan minuman tinggi gula yang beredar bebas di lingkungan sekitar.

Beritabali.com

Berlangganan BeritaBali
untuk membaca cerita lengkapnya

Lanjutkan

Editor: Redaksi

Reporter: bbn/krs



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami