search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Soroti Isu Sampah Bali, Konferensi BEST 2025 Dorong Riset Material Berkelanjutan

Jumat, 8 Agustus 2025, 00:09 WITA Follow
image

beritabali/ist/Soroti Isu Sampah Bali, Konferensi BEST 2025 Dorong Riset Material Berkelanjutan.

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) berkolaborasi dengan Primakara University menyelenggarakan konferensi internasional The 4th Broad Exposure Science and Technology (BEST) 2025 di Kampus Primakara University, Denpasar pada Kamis (7/8/2025).

Konferensi ini diikuti oleh 74 peserta dari 5 negara yang hadir secara langsung maupun daring. Sejumlah pembicara internasional dihadirkan, di antaranya Prof. Takayuki Narushima dari Tohoku University Jepang, Prof. Yenny Meliana dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Indonesia, serta Prof. Erwann Guenin dari UTC Compiègne, Prancis.

Rektor Primakara University, Dr. I Made Artana, S.Kom., M.M. mengatakan bahwa kegiatan ini sejalan dengan misi pengembangan kampus untuk menjadi kompetitif secara nasional dan internasional, termasuk dalam kolaborasi lintas disiplin.

"Hal ini sangat sejalan apa yang kita tuju mengembangkan Primakara untuk bisa kompetitif di internasional atau nasional salah satunya mengembangkan keilmuan maupun kolaborasi interdisiplin karena teman-teman di Fakultas Teknik lebih ke teknik sementara kami lebih ke IT, ekonomi kreatif dan digital, berbagai solusi itu bukan hanya dari satu bidang ilmu tetapi atas pemahaman ilmu disiplin lain juga," ujar Artana.

Ia menekankan pentingnya membangun pola pikir digital yang adaptif terhadap perubahan zaman.

"Kita hidup di era VUA, Volatile serta perubahan yang sangat cepat, Uncertainty serba tidak pasti, kemudian Ambiguity serba membingungkan apa yang betul-betul ditanamkan adalah mindset yang tepat, kita menyebutnya sebagai digital mindset, bagaimana kita memiliki mindset layaknya era digital yang sangat cepat satu harus agile (lincah), kolaboratif, membiasakan diri untuk bekerja sama, bahkan dengan pekerjaan yang sangat berbeda dengan kita," jelasnya.

Menurutnya, tren teknologi berkembang sangat cepat, sehingga penting untuk tetap terbuka terhadap perubahan.

"Perubahan sangat besar 3 tahun lalu kita ngomongin metaverse, tahun ini ada ngomongin itu, pas pandemi orang kaya dengan NFT, tahun ini ngomongin NFT ga, dua tahun lalu orang tidak ngomongin AI, tapi tiba-tiba kita ngomong AI kemudian semua orang ngomong AI," jelasnya lagi.

Dekan Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Prof. Dr. Jayanudin, ST., M.Eng., menambahkan bahwa fokus utama konferensi ini adalah pengembangan material berkelanjutan, termasuk bidang biomedical material dari Jepang.

"Kalau dilihat dari segi material temuan baru cukup banyak apalagi lebih konsen ke material yang lebih sifatnya ke bio sedang gencar," ungkapnya didampingi Dr. Eng. Ir. Bobby Kurniawan, ST., MT., IPU, selaku Wakil Dekan Bidang Akademik sekaligus Ketua BEST 2025.

Ia menyebut kerja sama dengan Primakara sebagai langkah strategis untuk riset lintas universitas. Salah satu tujuannya adalah mendorong riset yang mampu menjawab tantangan lingkungan.

"Ini diskusi ilmiah mudah-mudahan dari sini timbul ide-ide berkaitan dengan riset terutama untuk pengembangan riset material dari sini akan ada teman-teman dari panelis, dan peserta dari berbagai universitas dengan penelitian-penelitiannya. Dari sini juga akan mengetahui tren keilmuan khususnya di material yang sedang dikembangkan," ujarnya.

Relevansi tema konferensi juga mencakup isu lokal, seperti permasalahan sampah di Bali.

"Kalau kita di Bali ribut soal sampah mudah-mudahan dari 74 artikel yang ada jurnal ini ada yang membahas soal itu. Misalkan tentang kemasan, Pak Gubernur mengeluarkan pergub kita tidak boleh mengeluarkan kemasan di bawah 1 liter jadi kontroversi, riset terkait dengan material ini penting salah satunya itu tadi mudah-mudahan akan ada muncul material yang bisa digunakan jadi kemasan yang pas tapi kemudian bisa terurai dengan cepat," kata Artana.

Prof. Jayanudin menambahkan bahwa jenis kemasan yang dimaksud merupakan biodegradable material packaging, yang berasal dari bahan alam dan sudah ada penelitiannya.

Editor: Redaksi

Reporter: bbn/tim



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami