search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
"Totem Baru Untuk Ibu"
Jumat, 2 Mei 2008, 09:27 WITA Follow
image

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, GIANYAR.

Perupa Wayan Kun Adnyana, menggelar pameran tunggal bertajuk "New Totems for Mother" untuk memperingati 100 tahun Kebangkitan Nasional. Bertempat di Gaya Art Space, Ubud, belasan karya tergresnya, mulai hari ini pukul. 19.00 Wita, hingga 2 Juni 2008, siap menyapa publik seni di Bali. Dalam pameran tunggal kedua perupa yang juga dosen seni rupa ISI Denpasar itu, terlihat perkembangan yang sangat sangat menyolok dari karya-karya Kun kini, dibanding sepuluh tahu lalu, yakni ke arah olah artistik yang lebih menekankan pada eksplorasi teknik drawing (gambar).

Sementara dalam hal tematik, peraih penghargaan Widya Pataka bidang penulisan kritik seni rupa ini, menggali khasanah pemahaman tentang Ibu; ibu yang diidentikkan dengan bumi, ibu sebagai asal mula dan kesuburan kehidupan, dengan metafora dan simbol-simbol baru. Putu Wirata Dwikora, kurator pameran ini mengungkapkan, mencermati perkembangan karya Kun di banding eksplorasi perupa ini di akhir 90-an lalu, nampak bergerak dari yang awalnya mengeksplorasi figurasi yang berkisah seputaran erotisme dan hedonisme manusia, belakangan lebih pada penyusuran ke arah wacana lebih mendalam, ke arah penggalian makna baru, dan juga sikap kritis tentang kesungguhan kita menghormati ibu kita sendiri.

"Kun menyampaikan otokritik lewat karya-karya seni rupa, tentang bagaimana penghormatan pada ibu baru pada tingkatan upacara dan perayaan. Kun menyentakkan kesadaran kita dengan objek-objek menyerupai pallus dan venus dalam kondisi tertusuk peniti,"urai kritikus seni rupa itu sambil menunjuk hadirnya peniti secara menyolok di kanvas-kanvas Kun.

Kun sendiri mengaku, penelusuran tentang bagaimana manusia menghormati Ibu, sesungguhnya telah berlangsung sejak manusia nomaden hidup di bumi ini sekitaran 30.000 tahun sebelum masehi. Mereka membuat patung-patung venus berukuran mini, dengan visual melebih-lebihkan alat genetikalnya, hanyalah untuk menerangkan bahwa Ibu adalah asal. "Kajian kepustakaan akan berbagai artefak kebudayaan lama berupa patung venus, dan juga patung lingga-yoni inilah, saya dalam lima tahun belakangan intensif menggali kemungkinan artistik untuk berkisah soal Ibu, dalam berbagai uraian makna yang melingkupinya," terang Kun memberi alasan.

Reporter: bbn/sin



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami