search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Sukses Jadi Tuan Tanah Miliki Lahan 100 Hektar
Sabtu, 10 November 2012, 10:28 WITA Follow
image

beritabali.com

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Setelah merantau selama puluhan tahun di Lampung, warga asal Bali mampu meraih sukses. Tak hanya menjadi petani sukses, warga Bali di Lampung juga sukses menjadi birokrat hingga anggota DPRD setempat.

Merantau di sebuah tempat yang jauh dari kampung halaman, butuh perjuangan berat. Dan itu sudah mampu dibuktikan oleh warga asal Bali di Propinsi Lampung. Sejak pertama kali menginjakkan kaki di Lampung tahun 1952 sebagai transmigran, warga perantauan asal Bali sudah teruji dengan berbagai ujian hidup yang berat. Dan setelah puluhan tahun berjuang, kini perjuangan warga Bali di Lampung sudah membuahkan hasil.

Salah satunya adalah Wayan Suatra, warga Bali asli Nusa Lembongan Klungkung. Bersama orangtuanya, Wayan Suatra sudah bermukim di Lampung sejak tahun 1963, sejak ia baru lahir. Wayan Suatra kini menjadi guru fisika di SMAN 9 Lampung. Selain itu, Suatra juga memiliki kebun karet seluas 10 hektar. Selain mendapat penghasilan sebagai guru SMA, Suatra juga mendapat penghasilan tambahan yang lumayan sebagai petani karet.

"Dari lahan 10 hektar, setiap bulannya saya bisa dapat Rp 4 juta untuk satu hektarnya. Itupun saya hanya di rumah saja terima beres, sudah ada yang menggarap lahannya. 4 juta per hektar itu sudah bersih," jelas Suatra, Jumat (9/11/2012). Jika satu hektar saja Suatra bisa mendapat Rp 4 juta, maka dengan kebun karet seluas 10 hektar, ia bisa mendapat penghasilan tambahan sebanyak Rp 40 juta setiap bulannya, disamping gaji sebagai guru SMA.

"ya syukurlah pak, saya bisa punya sedikit-sedikit, bisa menyekolahkan anak saya di kedokteran UGM. Kalau tidak begitu, dari mana saya bisa menyekolahkan anak hingga kuliah,"ujar Suatra merendah. Menurut Suatra, masih banyak warga asal Bali yang seperti dirinya, memiliki lahan perkebunan karet atau kelapa sawit dengan kepemilikan lahan yang luas. Bahkan ada warga asal Bali yang memiliki lahan perkebunan karet dan kelapa sawit hingga 100 hektar.

"Banyak warga Bali yang sukses di karet dan kelapa sawit, punya lahan 10 hingga 100 hektar lebih. Tapi itu semuanya setelah melewati perjuangan yang berat, tidak datang begitu saja,"ujar Suatra, yang juga pengurus PHDI Lampung.  Tak hanya sukses di bidang pertanian, warga Bali di Lampung juga sukses di bidang lainnya seperti di bidang usaha jasa transportasi, di dunia birokrasi, hingga anggota dewan.

Hal ini tidak mengeherankan, mengingat warga Bali sudah ada di Lampung sebelum Lampung menjadi sebuah propinsi seperti saat ini. "Kami ada yang lahir di Lampung, tumbuh dan besar di Lampung, sudah seperti orang Lampung. Mati dan diaben (kremasi) pun kami akan tetap di Lampung, tidak pulang ke Bali,"ujar Suatra yang mengaku sejak lahir hingga kini baru satu kali pulang ke Bali. Ketua PHDI Lampung, Nengah Maharta menyatakan, transmigran asal Bali di Lampung berasal dari beberapa Kabupaten di Bali seperti Tabanan, Karangasem, dan Klungkung khususnya Nusa Penida dan Lembongan. Awalnya warga Bali hanya ada di 3 kabupaten di Lampung. Kini warga asal Bali sudah tersebar di 14 Kabupaten/Kota di Lampung.

"Jumlah warga Bali terbesar ada di Lampung Tengah, menyusul Lampung Timur dan Selatan. Sementara jumlah total warga asal Bali di Lampung kini mencapai 1,1 juta lebih dan saat ini sudah masuk generasi yang ketiga,"jelasnya. 

Reporter: bbn/psk



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami