search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Ribuan Pura di Bali Merupakan Data Base Sejarah
Minggu, 28 Juni 2015, 11:05 WITA Follow
image

beritabali.com/ist/Iwan P

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Beritabali.com, Denpasar. Pura yang ada di Bali ternyata tak hanya berfungsi sebagai tempat persembahyangan umat Hindu. Ribuan pura yang tersebar di seluruh Bali, ternyata juga menjadi data base atau pusat data sejarah Bali di masa lalu. 
 
Hal ini mengemuka pada acara diskusi sejarah Bali yang digelar di Pregina Art Point, jalan By Pass Ngurah Rai Sanur, Bali, Sabtu (27/6/2015). Acara dihadiri kalangan seniman dari komunitas Pregina Art Point Sanur, komunitas pecinta Sejarah Bali, Komunitas Surya Majapahit, dan berbagai kalangan lainnya dari berbagai latar belakang atau profesi.
 
Tema diskusi adalah membahas sejarah Majapahit versi buku Geger Nusantara yang disusun Iwan Pranajaya dan tim Surya Majapahit. Selain sejarah Majapahit, diskusi juga membahas sejarah, peran dan fungsi pura, serta kondisinya saat ini di Bali. 
 
Penulis buku Geger Nusantara, Iwan Pranajaya mengatakan, pura selain sebagai tempat bersembahyang umat Hindu, juga merupakan database atau pusat data sejarah masyarakat Bali di masa lalu. Semua pura warisan leluhur yang tersebar di Bali, jelas Iwan, memiliki data base atau pusat data masing-masing yang diwariskan oleh para leluhur masyarakat Bali.
 
"Setiap manusia (Hindu) Bali yang baru lahir atau belum, sudah terikat dengan pura. Semua data sejarah ada di sana. Kenapa kita tidak menggali data sejarah di ribuan pura yang ada di Bali ? Kenapa dari ribuan pura yang ada di Bali, tidak ada satu pun yang sama ? Karena di pura-pura itulah data besar sejarah Bali di masa lalu berada atau disimpan,"jelas Iwan.
 
Iwan Mengaku sedih, karena selama ini masih ada pihak yang menolak pura dijadikan sebagai obyek penelitian untuk kajian sejarah.
 
"Saya sedih, kenapa ditolak. Metode pembacaan perlambang atau simbol-simbol yang ada di pura ini jujur. Kenapa pura di Bali begitu banyak tapi tak ada yang sama, karena ada data sejarah di dalamnya. Di Bali, semua pura berhak diteliti oleh manusia Bali untuk mencari data-data sejarah,"ujarnya.
 
Iwan mengakui banyak menerima tentangan dan hujatan saat meneliti sejarah Bali berdasar data base yang ada di pura-pura. Meski ditentang banyak pihak, ia mengatakan akan jalan terus meneliti pura-pura yang di Bali.
 
"Kita maju terus karena ini totalitas kebenaran. Kita adalah forum anak muda yang mencintai karya leluhurnya,"ujar Iwan.
 
Salah satu peserta diskusi, Made Budiartha, menyatakan keprihatinanya, karena banyak pura-pura tua di Bali yang sudah direhab atau dipugar, sehingga banyak data-data sejarah yang ditinggakan leluhur hilang. 
 
 
"Jika banyak data sejarah leluhur kita yang hilang, maka akan sulit bagi kita menelusuri kebenaran sejarah leluhur kita di masa lalu,"ujarnya.
 
Peserta diskusi lainnya Alit Ajus, menyatakan sudah mengunjungi ratusan pura yang ada di Bali untuk menelusuri jejak sejarah leluhur Bali tempo dulu.
 
"Lontar-lontar yang sudah ada itu menguatkan bukti-bukti fisik yang ada di pura-pura. Setiap literatur dan bukti fisik atau perlambang di pura pasti ada mengisahkan (sejarah), itulah sejarah yang sebenarnya, tidak akan lempas (meleset),"ujarnya.
 
Di akhir diskusi, ada kesepakatan dari peserta diskusi, bahwa perbaikan atau rehabilitasi pura-pura tua di Bali harus disertai kehati-hatian dan konsultasi dengan ahlinya. Karena jika pura-pura tua yang ada dipugar tanpa dilandasi pengetahuan atau konsultasi dengan ahlinya, maka akan makin banyak data sejarah leluhur Bali yang hilang. [bbn/psk]

Reporter: bbn/psk



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami