Penampilan Cak Umumnya Lebih Tonjolkan Drama Ketimbang Tari
Minggu, 30 September 2018,
13:10 WITA
Follow
IKUTI BERITABALI.COM DI
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Beritabali.com,Denpasar. Secara keseluruhan, selama bulan September ini para penampil maupun pembina cak setiap sekolah perlu memerhatikan kembali agar garapan cak yang disajikan tidak seperti sendratari yang lebih menonjolkan drama dibanding kecaknya.
[pilihan-redaksi]
Kekompakan dan keselarasan cak harus diperhatikan sebagai sarana evaluasi cak yang lebih baik kedepannya. Hal itulah yang menjadi catatan tersendiri bagi kurator Bali Mandara Nawanatya III, Mas Ruscita Dewi, selaku kurator dalam Bali Mandara Nawanatya.
Kekompakan dan keselarasan cak harus diperhatikan sebagai sarana evaluasi cak yang lebih baik kedepannya. Hal itulah yang menjadi catatan tersendiri bagi kurator Bali Mandara Nawanatya III, Mas Ruscita Dewi, selaku kurator dalam Bali Mandara Nawanatya.
“Banyak yang meningkat dan banyak juga yang ada penurunan, tetapi secara umum anak-anak menari cak dengan gembira dan bersemangat,” ujar A.A Sagung Mas Ruscita Dewi memberi evaluasi terhadap Parade Cak selama bulan September.
Tak terasa Parade Cak dalam Gelar Seni Akhir Pekan Bali Mandara Nawanatya III yang berlangsung sepanjang bulan September 2018 telah berada di penghujung jalan. Sebanyak 18 sekolah dari seluruh Bali saling unjuk gigi kepiawaian dalam membawakan kecak inovatif yang inspiratif. Selama menjadi tim kurator dalam Bali Mandara Nawanatya III, Mas Ruscita pun buka suara.
“Sekolah juga nampaknya sangat mendukung, karena walapun dana pembinaan yang diberikan tidak seberapa, tapi hampir semua membuat cak dan pemain yang lumayan banyak,” ungkap Mas Ruscita.
Mas Ruscita pun menambahkan bahwa kesenangan pun dirasakannya karena melihat cak-cak bagus yang mulai muncul di Karangasem, Klungkung, Bangli dan Negara, “Menyaingi cak dari Singaraja, Tabanan, Gianyar, Denpasar dan Badung,” tambah Mas.
Bertempat di Panggung Terbuka Ardha Candra Taman Budaya, Denpasar pukul 19.30 Wita Parade Cak yang tepat berakhir pada Sabtu, 29 September 2018 diisi oleh dua sekolah yakni SMAN 2 Tabanan dan SMAN 1 Blahbatuh Gianyar. Menjadi penampil pertama, SMAN 2 Tabanan membawakan kecak inovatif bertajuk Sang Hyang Memedi. Kisah ini pun merupakan mitologi dari negara yang melambangkan wujud keharmonisan alam sekala dan niskala. I Gusti Nengah Hari Mahardika yang turut membantu penggarapan kecak SMAN 2 Negara pun mengungkapkan kisah ini dirasa cocok untuk mendampingi kecak SMAN 2 Tabanan.
“Unsur mistis yang kuat membuat penggarapan musiknya lebih terencana, kami lebih mudah menentukan properti yang dapat menguatkan unsur mistisnya,” jelas Hari.
Hari yang menjadi pemimpin grup Hari Dwipa ini pun berujar penggunaan dedaunan kering pada kostum pemain cak menimbulkan gesekan suara yang mistis. Menurut Mas Ruscita, sebagai kurator Mas pun mengapresiasi penggunaan kostum pemain cak SMAN 2 Tabanan.
“Saya suka terutama kostumnya pakai batik biasa, daun-daun, lumayan menarik, tema yang diangkat menarik karena bisa jadi dokumentasi sejarah,” terang Mas. Sayangnya dari pengamatan Mas, formasi kecak dan suara pemain cak perlu dimaksimalkan kembali.
Penampil kedua yang datang dari bumi seni Gianyar yakni SMAN 1 Blahbatuh Gianyar, mempersembahkan garapan cak bertajuk I Patih Kebo Iwa Jengah. Kebo Iwa yang dikenal sebagai prajurit yang kuat menjadi daya tarik tersendiri bagi SMAN 1 Blahbatuh Gianyar.
[pilihan-redaksi2]
“Unsur heroik yang kami utamakan, drama akan pertarungan Kebo Iwa, dan sentuhan marching band kami berikan sebagai wujud inovasi,” jelas Made Yunaidi selaku pembina garapan SMAN 1 Blahbatuh Gianyar.
“Unsur heroik yang kami utamakan, drama akan pertarungan Kebo Iwa, dan sentuhan marching band kami berikan sebagai wujud inovasi,” jelas Made Yunaidi selaku pembina garapan SMAN 1 Blahbatuh Gianyar.
Kostum yang didominasi dengan warna biru dan lebih modern ini pun menghiasi Panggung Terbuka Ardha Candra. Bagi Mas Ruscita, SMAN 1 Blahbatuh Gianyar memiliki garapan dengan unsur modern pop yang besar. “Selain itu alur dan formasinya juga bagus,” tambah Mas. Sayangnya, penggunaan marching band sendiri justru menjadi bumerang tersendiri sebab bagi Mas Ruscita alat musiknya dirasa tidak pas dalam mendampingi garapan kecak. (bbn/rls/rob)
Berita Denpasar Terbaru
Reporter: bbn/rls