BPR di Jawa Timur Biayai Pembelian Alat Listrik Surya Atap
Minggu, 14 Oktober 2018,
15:50 WITA
Follow
IKUTI BERITABALI.COM DI
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, NASIONAL.
Beritabali.com,Jawa Timur. Sebuah lembaga perbankan di Jawa Timur, yakni Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) Lantabur Tebuireng berani memberikan kredit untuk pembelian alat listrik surya atap untuk mendukung pemerintah dalam mendorong penggunaan energi baru terbarukan (ABTK).
[pilihan-redaksi]
Pendiri dan Ketua Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI) Dr. Ir. Andhika Prastawa berharap akan banyak lembaga keuangan, khususnya perbankan, yang bisa memberikan kredit untuk pembelian alat listrik surya atap ini. Saat ini, sebutnya baru satu lembaga perbankan, yaitu BPRS Lantabur Tebuireng di Jawa Timur, yang memberikan kredit bagi pembelian alat listrik surya atap tersebut.
Pendiri dan Ketua Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI) Dr. Ir. Andhika Prastawa berharap akan banyak lembaga keuangan, khususnya perbankan, yang bisa memberikan kredit untuk pembelian alat listrik surya atap ini. Saat ini, sebutnya baru satu lembaga perbankan, yaitu BPRS Lantabur Tebuireng di Jawa Timur, yang memberikan kredit bagi pembelian alat listrik surya atap tersebut.
"Ini sangat menurunkan spending calon pengguna di tahap awalnya. Spendingnya tadinya harus langsung jreng satu KW Rp15 juta, ini cukup Rp5 juta dan kemudian sisanya dicicil. Jadi simulasi BPRS menunjukkan penghematannya tadi bisa untuk membayar pinjaman, penghematan dari rekening listriknya. Dalam waktu lima tahun membayar pinjaman, sehingga setelah lima tahun sebetulnya bukan sekadar bebas, dia dapat listrik gratis," ungkap Andhika seperti dikutip dari voaindonesia.com.
Selain itu, kata Andhika, alat listrik surya panel memiliki jaminan dari pabrik bisa bertahan hingga 25 tahun. Kalaupun menurun, setelah 20 tahun kinerjanya diperkirakan berkurang empat hingga lima persen.
Pemerintah menargetkan energi surya yang dihasilkan melalui pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) mencapai 6,4 Giga Watt (GW) atau 6.400 Mega Watt (WM) pada tahun 2025. Namun sampai saat ini baru 90 MW yang terpasang.
Pemerintah tetap optimistis penggunaan listrik surya atap akan meningkat dari tahun ke tahun. Direktur Aneka Energi Baru Terbarukan Ditjen EBTKE Harris Yahya mengatakan bahwa dari tahun ke tahun tren global harga listrik yang dihasilkan oleh pembangkit listrik tenaga surya semakin murah.
Dia menjelaskan harga alat listrik surya atap ini sudah jauh menurun, dari semula Rp100 juta hingga saat ini hanya Rp14 juta hingga Rp18 juta per satu Kilo Watt (KW). Dia juga mencontohkan di India, harga listrik yang dihasilkan oleh tenaga surya sudah turun menjadi tiga sen dolar atau hampir Rp500 per KW. Harga ini jelas lebih murah dibandingkan dengan pembangkit listrik tenaga lain.
[pilihan-redaksi2]
Untuk mendukung penggunaan listrik tenaga surya, pihaknya sedang menggodok regulasi terkait hal ini. Dengan bentuk Peraturan Menteri (Permen) nantinya, regulasi tersebut akan mengakomodasi beberapa hal, di antaranya kemudahan dan insentif untuk berbagai pihak seperti sektor rumah tangga, komersial, sosial, pemerintah dan juga tidak lupa sektor industri.
Untuk mendukung penggunaan listrik tenaga surya, pihaknya sedang menggodok regulasi terkait hal ini. Dengan bentuk Peraturan Menteri (Permen) nantinya, regulasi tersebut akan mengakomodasi beberapa hal, di antaranya kemudahan dan insentif untuk berbagai pihak seperti sektor rumah tangga, komersial, sosial, pemerintah dan juga tidak lupa sektor industri.
"Peraturan ini sedang didiskusikan internal. Kita sudah melakukan public hearing, sudah mendapatkan masukan dari stakeholder, dan itu sudah diakomodasi dan juga ada diskusi di dalamnya. Selesai kapan? Saya tidak mau menargetkan kapan, tapi selama ini kita setiap hari melakukan progress terkait dengan itu," kata Haris. (bbn/voaindonesia/rob)
Reporter: bbn/rls