search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
I Gusti Ngurah Gede Pemecutan Temukan Teknik Melukis dengan Sidik Jari
Minggu, 23 Desember 2018, 09:09 WITA Follow
image

beritabali.com/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Beritabali.com, Denpasar. Memanfaatkan titik, memperbesarkannya di atas kanvas sehingga menjadi sebentuk lukisan menjadi ciri khas pelukis I Gusti Ngurah Gede Pemecutan.
 
[pilihan-redaksi]
Dilahirkan di Puri Pemecutan 4 Juli tahun 1936, ia berpendidikan SMA bagian pasti alam yang diselesaikannya tahun 1959. Ia pernah bekerja di Perusahaan Tekstil Balitex lalu pindah ke PT. USINDO Cabang Denpasar yang kini menjadi PN Cipta Niaga setelah sempat menjadi Perusahaan Negara Jaya Bhakti.
 
Di Jaya Bhakti ia mendapat tugas mengumpulkan dan menseleksi barang-barang seni dan kerajinan Bali (lukisan dan patung-patung ) untuk di ekspor. Jasanya di perusahaan itu sungguh sangat besar, ketika ia bertugas memasukan kayu eben untuk diperkenalkan kepada perajin-perajin patung di Kemenuh, Batuan, Sumampan dan Mas.
 
Namun Ngurah Gede tidaklah dikenal sebagai pedagang. Ia adalah pelukis yang mulai gemar menggambar sejak kanak-kanak. Tahun 1963 ia mulai melukis secara modern. Ia pelukis ototidak tekun bereksprimen dan tak pernah mengenal lelah mencari bentuk dan teknik melukis.
 
Sejak tahun 1967 ia mulai menemukan dan mengembangkan teknik pointilis dengan ujung jari. Bali sejak itu mulai satu lagi gaya lukisan khas. Kanvas dihiasi dengan ribuan titik. Wujud lukisan justru kian jelas di pandang dari jarak tertentu.
 
Namun, ia tak hanya pelukis yang baik, namun juga seorang kepala rumah tangga yang mencintai rumahnya. Sebagai seniman peran istrinya sangatlah besar dalam mengembangkan kreativitasnya. Istrinya Anak Agung Sayu Alit Puspawati berasal dari keturunan puri juga dan memberinya dua orang putra. Tapi untuk melukis ia memilih sanggar dan juga menjadi tempat tinggalnya di Tanjungbungkak.
 
Ia tak Cuma seorang pelukis namun juga seorang organisator. Tahun 1966 ia mengkoordinir sekaa gong Puri Pemecutan. Sejak 1966 ia menghimpun kurang lebih 50 seniman pahat dan lukis untuk melangsungkan pameran tetap di Puri Pemecutan hingga tahun 1978 dengan nama sanggar kesenian Puri Pemecutan.
 
Aktif di bidang seni menyebabkan ia berhenti bekerja sebagai karyawan PN Cipta Niaga tahun 1968. Maka gelegak darah seninya semakin memiliki kebebasan penyaluran. Ia kemudian mengkoordinir pementasan sekaa gong secara tetap di Puri Pemecutan untuk konsumsi wisatawan. Tercatat sekaa gong Banjar Geladag, Sidakarya, Renon, Beraban, Bagawan, Padangsambian, Kerobokan pernah pentas di Puri Pemecutan berkat jasanya.
 
[pilihan-redaksi2]
Tahun 1972 ia mendirikan kursus tari bali di purinya. Tahun 1974 ia memprakarsai Festival Gong Puri Pemecutan dikalangan sekaa gong yang dikoordinirnya. Tujuannya untuk mencari keseragaman dan meningkatkan mutu tabuh dan tari. Dalam festival itu tiap sekaa diwajibkan menguasai tari klasik legong kraton dan baris.
 
Tahun 1975 ia memimpin sekaa gong Puri Pemecutan mewakili Indonesia dalam festival musik dan seni tari rakyat Asia di Tokyo. Dalam festival seni tari Asia di Hongkong tahun 1977, ia memimpin rombongan seni tari Bali untuk mewakili Indonesia. Atas undangan lembaga persahabatan Indonesia-Amerika ia berperan tunggal di Surabaya tahun 1970. (bbn/rls/rob)

Reporter: bbn/rls



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami