search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Pemkot Bentuk Tim di Tingkat Banjar Antisipasi Permasalahan Saat Pawai Ogoh-Ogoh
Sabtu, 26 Januari 2019, 18:50 WITA Follow
image

beritabali.com/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Pemerintah Kota Denpasar akan membentuk Tim dari unsur kadus kaling di tingkat banjar, desa hingga kecamatan segera dilakukan untuk mengambil tindakan preventif secara bersama-sama dalam mencegah permasalahan yang ada hingga pelarangan dalam menggunakan sound system serta mengkonsumsi minuman keras saat prosesi ogoh-ogoh.
  
Hal ini terungkap saat Dinas Kebudayaan Kota Denpasar menggelar sosialisasi rangkaian Nyepi dengan melibatkan berbagai unsur utamanya Sekehe Teruna Teruni (STT) sebagai steakholder dalam pelaksanaan malam pengerupukan dengan mengarak ogoh-ogoh di Graha Sewaka Dharma Lumintang Denpasar, Sabtu (26/1). 
  
“Tim ditingkat banjar dapat melibatkan unsur pecalang dalam melakukan langkah preventif antisipasi berbagai permasalahan yang terjadi, serta unsur Sabha Upadesa hingga unsur camat melibatkan unsur  Babinsa dan Babinkantibmas dalam mensosialisasikan untuk tidak menggunakan sound system,” ujar Walikota Denpasar, IB Rai Dharmawijaya Mantra disela pelaksanaan sosialisasi. 
 
Lebih lanjut disampaikan bahwa generasi penerus dalam pengembangan dan pelestarian budaya Bali dapat menjaga identitas kebudayaan salah satunya kreatifitas ogoh-ogoh. Generasi muda sebagai generasi milenial dapat menjaga dan terus memperkuat identitas kebudayaan. Sehingga dalam sosialisasi ini Rai Mantra mengajak STT hingga unsur bendesa adat dan kecamatan untuk melakukan kesepakatan bersama dalam menjaga identitas kebudayaan Bali. 
 
Selain itu, sosialisasi ini juga menghasilkan kesepakatan bersama seluruh steakholder termasuk STT untuk sepakat tidak menggunakan sound system guna menjaga kemanan dan ketertiban bersama. Alat-alat musik tradisional sangat kaya dimiliki masyarakat Bali, seperti kulkul dapat menjadi alat musik, terlebih di tingkat banjar yang sangat kaya akan kreatifitas anak muda. 
 
Karena kreatifitas ogoh-ogoh ini mencerminkan identitas kebudayaan. Jika kebudayaan sudah ajeg, menurut Rai Mantra tidak akan terjadi keributan namun dapat muncul keamanan dan ketertiban lingkungan bersama. “Sehingga dalam komitmen bersama ini kita bangkit, maju bersama dalam menjaga taksu kebudayaan Bali,” ujar Rai Mantra. 
 
Komang Dedy Arfan salah satu sekaa teruna mendukung dan sepakat terhadap pelarangan penggunaan sound system pada saat pengarakan ogoh-ogoh. Tentu hal ini sangat melenceng dari makna prosesi pelaksanaan pengerupukan. “Mari kita bersama-sama menjaga keamanan dan ketertiban pada saat prosesi pengerupukan untuk tetap menggunakan alat musik tradisional dan mengurangi mengkonsumsi minuman keras,” ujarnya.
 
Sementara Ketua Sabha Upadesa Kota Denpasar, I Wayan Meganada didampingi Ketua Majelis Madya Desa Pakraman Denpasar, A.A Ketut Sudiana mengatakan kesepakatam untuk dalam menjaga keamanan dan ketertiban pengarakan ogoh-ogoh dibentuk tim secara terpadu. Pihaknya juga menyarankan agar bentuk ogoh-ogoh mengambil bentuk rupa Buta Kala, Raksasa, Pawayangan, Pamurtian dan tidak mengandung unsur politik, pornografi serta tidak berbau SARA. Ogoh-ogoh tidak memakai bahan styrofoam, wajib menggunakan gambelan atau instrumen tradisional Bali dan dilarang menggunakan sound system. 
 
 
Kesepakatan ini juga mengatur agar ogoh-ogoh tidak ditaruh di badan jalan raya sebelum Hari Pengerupukan, dan setelah selesai pengarakan ogoh-ogoh wajib di Pralina oleh yang membuat ogoh-ogoh serta yang mengusung pengarakan ogoh-ogoh tidak boleh memakai atribut partai politik. 

Reporter: Humas Denpasar



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami