search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Pelestarian Lagu Bali Tak Harus Kaku
Kamis, 11 Juli 2019, 15:45 WITA Follow
image

beritabali.com/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Beritabali.com, Denpasar. Pelestarian lagu Bali tak harus kaku, kendati lagu daerah Bali non komersil memang diikat oleh pakem bahasa, sehingga perlu nalar lebih untuk menikmatinya. Agar mampu bertahan ditengah derasnya arus globalisasi, lagu Bali perlu pengembangan besar-besaran tanpa harus khawatir meninggalkan pakem.

[pilihan-redaksi]

“Semuanya punya sasaran dan tujuan berbeda, apa yang jadi selera pasar ya itu yang diputar,” ujar pengamat seni, I Komang Darmayuda saat ditemui di panggung Ardha Candra, Taman Budaya, Denpasar, Rabu malam (10/7).

Selaku salah satu Tim Pengamat Parade Lagu Daerah Bali, Darmayuda telah mengupayakan pembuatan album Bali Kumara yang berisi kumpulan penyanyi anak-anak dan remaja dengan lagu bertemakan budaya serta nasionalisme. Darmayuda pun tak menampik bahwa lagu-lagu bertemakan budaya dengan bahasa Bali halus memang cukup sulit diterima masyarakat.“Bali Kumara adalah album anak-anak di youtube, tapi kita ini tujuannya bukan komersil melainkan pelestarian,” jelas Darmayuda.

Sejauh ini, lagu-lagu daerah Bali dengan nuansa Budaya dan Nasionalisme menggunakan istilah-istilah yang berat dipahami pendengar. Aransemen musik perlu dibuat lebih ringan jika lagu dengan tipikal budaya dan nasionalisme tetap ingin didengarkan. “Lagu daerah Bali dibunuh berdasarkan kriteria yang mengikat, sebagai penonton itu harus beda menikmatinya, perlu wawasan ekstra,” terang Ni Wayan Ardini yang turut sebagai tim pengamat.

Ardini pun mengungkapkan, pernah diadakan sebuah kompetisi menciptakan lagu Bali bertemakan budaya untuk dikomersialisasikan yang didanai proyeknya oleh pemerintah. “Waktu eranya Wirasuta (salah seorang penyanyi Bali) itu Taluh Semuuk nika, pernah sekali mengkomersialisasikan lagu tema budaya tapi tidak berhasil,” tutur Ardini sayu.

Meng-indie-kan lagu daerah Bali adalah langkah yang terbaik, penciptaan lagu perlu dimaknai dengan filosofi mendalam sehingga membekas dibenak pendengar. “Pengemasannya perlu diperbaiki, penampilannya bisa lebih disederhanakan, dan strategi pelestarian harus terus digali,” papar pengamat seni, Ketut Sumerjaya.

Sumerjaya memang tak mau kaku soal pelestarian dan tak menampik jika ingin lagu daerah Bali didengar masal masyarakat, harus melalui tahap-tahap strategi pasar. Sayangnya, hal ini masih menjadi polemik tersendiri. Disatu sisi untuk meningkatkan eksistensi lagu daerah Bali dengan pesan bajik perlu langkah komersil, dalam sisi lainnya Parade Lagu Daerah Bali utamanya adalah pelestarian bukan ajang komersil.[bbn/ananta/mul]

Reporter: bbn/mul



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami