Coca-Cola Amatil Dorong Inovasi Karyawan Tanggulangi Permasalahan Daur Ulang dan Keterlacakan Produk
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Coca-Cola Amatil dorong inovasi karyawan tanggulangi permasalahan daur ulang dan keterlacakan produk. Coca-Cola Amatil Indonesia (Amatil Indonesia) mencapai babak baru dalam pelaksanaan program Amatil X Academy.
[pilihan-redaksi]
Inisiatif ini adalah akselerator enam bulan yang dirancang untuk membangun kewirausahaan di antara karyawan Coca Cola Amatil dengan menggunakan metode start-up untuk mendorong inovasi karyawan mengatasi tantangan bisnis.
Lima tim karyawan Amatil Indonesia yang dalam enam bulan terakhir telah berpartisipasi dalam masterclass Amatil X Academy dan program hackathon, telah mempresentasikan ide mereka dalam acara Shark Tank Amatil X yang digelar di kantor pusat CCAI di Jakarta.
Dua tim terpilih selanjutnya akan menjalani program pendampingan insentif selama enam pekan oleh Blue Chilli, akselerator start-up dari Australia.
“Kami telah memilih dua tim yang akan memperoleh pendampingan intensif dan dukungan selama enam minggu untuk mematangkan ide-ide mereka menjadi prototipe seperti yang dilakukan oleh start-up pada umumnya,” kata Alix Rimington, Head of Disruptive Innovation & New Ventures Coca-Cola Amatil, Kamis 31 Oktober 2019.
“Kami mencoba untuk membawa pola pikir start-up ke dalam bisnis kami karena dapat mendorong inovasi dan kreativitas, membuat orang berpikir secara berbeda dan menyelesaikan masalah lebih cepat. Pada akhirnya, hal itu akan meningkatkan cara kami menjalankan bisnis dan melayani pelanggan," imbuhnya.
Kedua tim akan membangun solusi untuk tantangan-tantangan yang sedang dihadapi Amatil Indonesia saat ini: bagaimana meningkatkan tingkat daur ulang botol plastik dan bagaimana melacak inventaris produk. Sebagai produsen minuman kemasan, Amatil Indonesia menghadapi tantangan dari peraturan yang semakin ketat tentang pengelolaan limbah plastik yang akan memengaruhi kinerja bisnis perusahaan. Di sisi lain, karyawan Amatil Indonesia telah menemukan masalah jangka panjang dalam operasi perusahaan: yaitu, sulitnya melacak pergerakan produk.
Ketika sebuah organisasi besar seperti korporasi menghadapi tantangan, beralih ke solusi yang tersedia di pasar untuk mengatasi masalah adalah langkah yang umumnya ditempuh. Perusahaan juga bisa mencoba mengatasi masalah secara mandiri dengan menggunakan metode yang telah teruji di lingkungan bisnis yang besar.
Namun, korporasi juga dapat memilih jalur lain yakni menggunakan metode start-up untuk mendorong kewirausahaan dalam organisasi dan membuka potensi internal dalam menciptakan inovasi yang dapat memberikan solusi yang lebih cepat.
Pendekatan start-up terhadap masalah sangat berbeda dari metode yang biasa digunakan oleh bisnis besar. Orang-orang di perusahaan besar dalam menemukan ide untuk mengatasi masalah cenderung menyiapkan studi kasus bisnis. Pendekatan ini membutuhkan waktu yang cukup lama untuk bisa memberikan solusi.
Bisnis besar juga cenderung langsung menerapkan ide dalam skala besar, tidak dimulai dari yang kecil dan kemudian tumbuh bertahap. “Bisnis besar cenderung fokus pada skala besar.
Di sisi lain, pola pikir start-up adalah tentang memiliki ide dan kemudian mengujinya dan mempelajari, kemudian mengubahnya jika diperlukan, lalu menguji dan mempelajari lebih banyak lagi.” kata Rimington.
Pendekatan start-up yang semakin populer saat ini sedang diimplementasikan oleh Amatil Indonesia melalui inisiatif Amatil X. Amatil X adalah platform venture capital perusahaan Coca-Cola Amatil yang didirikan pada tahun 2018 untuk mendorong solusi berbasis teknologi dan model bisnis yang mendukung bisnis perusahaan saat ini dan yang mampu menciptakan peluang di masa depan.
Amatil X akan membantu Coca Cola Amatil untuk terhubung ke ekosistem start-up. Hal ini akan membantu Coca Cola Amatil untuk mencari start-up di wilayah-wilayah yang memiliki potensi pertumbuhan yang tinggi yang mencakup tema-tema seperti pengiriman sesuai permintaan, optimisasi distribusi, analitis ketersediaan produk, dan pengemasan berkelanjutan.
“Dalam start-up, langkah inovasi sangatlah cepat. Karena itu, kami memutuskan untuk bekerja dengan mereka dan belajar bersama mereka. Apa yang telah kami pelajari dari Amatil X di Australia dan Selandia Baru adalah begitu banyak nilai yang muncul ketika orang-orang terpapar pada start-up dan bekerja bersama. Jadi, kami mendirikan Amatil X Academy di Indonesia,” Kata Rimington.
Diluncurkan pada bulan April 2019, Amatil X Academy telah melibatkan 1.629 karyawan di seluruh Indonesia untuk berpartisipasi dalam masterclass selama empat minggu yang disampaikan oleh 30 pelatih di 14 lokasi berbeda. Amatil Indonesia kemudian memilih 100 ide terbaik dan para peserta dibawa ke Jakarta untuk sesi hackathon.
Para peserta dikelompokkan dalam tim yang terdiri dari lima orang dari berbagai latar belakang dan fungsi di Amatil Indonesia yang memiliki gagasan serupa. Selama dua hari hackathon yang menghadirkan 15 mentor dari start-up domestik seperti Gojek, Bukalapak, dan Traveloka, para peserta mendalami metode start-up.
Hackathon menghasilkan lima tim terbaik yang diberikan waktu selama enam minggu untuk memvalidasi dan mematangkan ide-ide mereka. Pada 24 Oktober 2019, mereka mengajukan gagasan mereka di Amatil X Shark Tank. Amatil dan Leadership Team Amatil Indonesia berperan sebagai juri internal, termasuk Kadir Gunduz, Presiden Direktur Coca-Cola Amatil Indonesia, Debbie Nova, Chief Information Officer Coca-Cola Amatil, Chris Sullivan, Group Director Partners & Growth Coca-Cola Amatil, Amit Singhal, Capability Development Director Coca-Cola Amatil Indonesia dan Thomas Praming, General Trade Director Coca-Cola Amatil Indonesia untuk mengukur kekuatan dan kelemahan solusi mereka dari perspektif bisnis CCAI dan apakah perusahaan akan memiliki minat atau tidak. Dua juri eksternal dari venture capital mempertimbangkan prospek investasi dan skala solusinya.
“Idenya adalah untuk menghubungkan orang-orang dengan pola pikir start-up dan memberi mereka kebebasan dan dukungan untuk membangun solusi mereka sendiri terhadap tantangan yang kita hadapi sebagai bisnis. Kami mengundang mereka untuk mengajukan ide untuk menyelesaikan beberapa tantangan kami. Kami melatih mereka tentang metodologi start-up dan bagaimana menerapkannya dalam lingkungan perusahaan,” kata Rimington.
Reporter: bbn/adv