search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Kisah Penculikan Gubernur Sutedja, 1966 (4): Stigma PKI Membuat Hak Ahli Waris Diabaikan Negara
Kamis, 1 Oktober 2020, 10:00 WITA Follow
image

Beritabali.com/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Setelah diculik empat pria berseragam TNI AD, upaya pencarian lebih diintensifkan. Setelah tahun 1970, sebagai anggota TNI AD, Anak Agung Gde Agung, putra sulung Gubernur Bali Sutedja, dimutasi dari Irian Jaya ke Jakarta.

Kesempatan bertugas di Jakarta digunakan AA Gde Agung untuk menggali informasi lebih banyak terkait keberadaan ayahnya, AA Bagus Sutedja. Tapi jawaban Menteri Dalam Negeri Basuki Rachmat dan Kepala Skrining Nasional Gatot Subroto selalu tidak memuaskan.

Akhirnya tahun 1970, AA Istri Ngurah Sunitri, istri Gubernur Sutedja, memutuskan pulang ke Puri Agung Negara Djembrana di Bali.

Tapi situasi sudah sangat berubah. Sebagian besar bangunan Puri Agung Negara Djembrana, dalam keadaan berantakan. Puri Agung Negara Djembrana menjadi salah satu sasaran amuk massa anti Partai Komunis Indonesia (PKI) yang dimotori I Nyoman Mantik dan Shri Wedastra Sujasa, periode 1965-1966.

Keluarga besar Gubernur Bali AA Bagus Sutedja di Negara Jembrana, dituding secara sepihak oleh sejumlah pihak terkait dengan PKI. Stigma PKI telah membuat hak ahli waris Gubernur Bali AA Bagus Sutedja sebagai pejabat negara diabaikan oleh pemerintah.

Semenjak dinyatakan hilang mulai 29 Juli 1966 di Jakarta, hingga AA Istri Ngurah Sunitri meninggal dunia di Puri Agung Negara Djembrana Bali pada 24 November 2010 dalam usia 85 tahun, pihak ahli waris sudah tidak pernah lagi menerima gaji dan uang pensiun.

Upaya pihak keluarga mengirim surat kepada Presiden Suharto dan Ketua Komnas HAM Munawir Sadzali di era Orde Baru, era Presiden Habibie, Megawati, hingga terakhir Presiden SBY untuk mempertanyakan hak gaji, pensiun, dan status kehilangan Gubernur Bali AA Bagus Sutedja, tidak membuahkan hasil, Seperti ditulis dalam buku "Kisah Penculikan Gubernur Bali, Sutedja, 1966" yang ditulis oleh Aju.

Editor: Robby

Reporter: bbn/tim



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami