Sampah Jadi Solusi Ekonomi di Saat Resesi
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, KLUNGKUNG.
Di tengah isu Indonesia akan menuju resesi ekonomi seperti yang dinyatakan oleh Menteri Keuangan, Sri Mulyani pada Bulan Oktober ini, tentu menjadi satu hal yang mencengangkan bagi setiap orang.
Namun, di tengah resesi ada alternatif ekonomi yang bisa dilakukan oleh masyarakat, salah satunya dengan memanfaatkan sampah mulai dari menjadikan pupuk, maggot, Lmol dan briket yang bernilai ekonomi. Pupuk bisa dipergunakan untuk pertanian, magot untuk pakan ternak dan Lmol untuk pembersih.
Hal ini terungkap dalam acara Sosialisasi dan Edukasi Pengelolaan Sampah berkelanjutan yang dilaksanakan Sabtu, (3/10/2020) di Batan Sabo Desa Sakti, Nusa Penida, Klungkung. Pembicara sekaligus Pengembang alat Si Otong berupa tong sampah yang bisa untuk menghancurkan sampah sekaligus menghasilkan maggot, pupuk dan Lmol, Ida Bagus Aditya mengatakan tidak saja masalah sampah ditangani dengan baik, tetapi sampah bisa bisa meminimalkan dampak ekonomi yang lagi resesi karena pandemic Covid 19.
Acara yang diadakan atas prakarsa Universitas Warmadewa, Rotary Club, Si Otonk & PKM Sampah Nusa Penida dengan inisiator Pande Bagus Gde Guna Sesana ini bertujuan sampah tidak dianggap masalah, karena bila sampah dikelola dengan baik bisa menjadi berkah.
“Kegiatan ini bermula dari diskusi kecil dengan seorang teman di Warmadewa, tujuannya agar bisa menyelesaikan sampah dari hulu sampai ke hilir dan ternyata tidak saja itu ternyata sampah bisa menjadi solusi ekonomi di saat resesi ekonomi sekarang ini,” kata Yan Guna.
Menariknya selain disimulasikan penggunaan tong serba guna yang dinamai Si Otonk ada juga berbagai pengalaman dari Komang Bemo dari Komunitas Malu Dong pengelola Sampah di Kelan Denpasar. Ia mengatakan permasalahan sampah terbesar ada pada kesadaran masyarakat, utamanya saat di awal pemilahan sampah.
"Awal mula kami melakukan pengelolaan sampah di Kelan masalah yang paling sulit adalah kesadaran masyarakat terkait pemilihan sampah. Kita harus sabar, tetapi kalau sudah mentok terpaksa harus penegakan aturan adat berupa perarem adat agar masyarakat disiplin,” kata pria yang biasa dipanggil Mang Bemo ini.
Sementara itu beberapa peserta antusias menanyakan tentang pengelolaan sampah dengan tong serba guna ini. Misalnya Kepala Desa Terpilih Ketut Sulatra mengungkapkan merasa tertantang untuk bisa merealisasikan itu di desanya.
Reporter: bbn/klk