search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Pedasnya Harga Cabai Bikin Petani Makmur, Bisa Beli Mobil Baru
Rabu, 31 Maret 2021, 16:30 WITA Follow
image

beritabali.com/ist/suara.com/Pedasnya Harga Cabai Bikin Petani Makmur, Bisa Beli Mobil Baru

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, NASIONAL.

Keberkahan tersendiri dialami petani cabai yang berada di Desa Pucuk, Kecamatan Dawarblandong, Kabupaten Mojokerto. Pasalnya saat harga cabai makin pedas, mereka mampu membeli mobil dan motor baru dari hasil panen yang mereka petik.

Tak kurang dari 50 petani cabai baru saja membeli sepeda motor dan motor.

Diungkapkan seorang petani setempat, Ngatiyo (48), pada musim panen kali ini bisa memetik 2 kuintal cabai dari sawah miliknya.

"Lahan kami sekitar 1 hektare, cuma yang kami tanami cabai sekitar 8.000 meter persegi. Sekali panen, bisa mencapai 2 kuintal. Saya bertani cabai, saya sisihkan Rp50 juta untuk renovasi rumah," ungkap Ngatiyo seperti dilansir Times Indonesia.co.id-jaringan Suara.com.

Dia menjelaskan, pada saat awal musim panen harga cabai mencapai Rp95.000 per kilogram.

"Hasil dari bertani cabai ini kami gunakan untuk membayar hutang, merenovasi rumah. Sisanya kami simpan untuk bertani selanjutnya," ungkapnya.

Serupa dengan Ngatiyo, petani lainnya Listiono mengaku bersyukur. Lantaran mendapat untung sekitar Rp 200 juta dalam kurun waktu dua bulan. Pada musim panen kali ini, dia bisa memanen 4 kuintal cabai dari lahan seluas 8.000 meter persegi.

"Baru kali ini, saya bisa panen cabai dengan harga yang melambung tinggi seperti ini. Panen cabai ini kami lakukan tiap minggu," terang Listiono.

"Kalau awal-awal bisa mencapai Rp90 ribu per kilogram, kami kumpulkan hasilnya. Perkiraan sekitar Rp200 juta, maka kami belikan mobil karena anak saya tinggal di Lumajang, jadi butuh kendaraan," sambungnya.

Kemudian pada akhir musim panen, para petani memilih menanam tumbuhan palawija. Sehingga mereka bisa mengatur keuangan dari keuntungan dengan baik.

"Sisanya kami simpan, persiapan untuk tanam cabai berikutnya serta kebutuhan hidup. Kalau sekarang harga cabai sudah turun menjadi 30 ribu per kilogram," katanya.

Sementara itu, Kepala Desa Pucuk Nanang membenarkan, jika warganya yang bertani cabai merasakan dampak positif kenaikan harga cabai.

"Benar Mas, di desa ini ada enam dusun. Ada 50 petani yang bisa membeli sepeda motor merk Scoopy dan PCX. Ada yang beli mobil Avanza, hingga Ertiga," katanya.

Dia mengemukakan, lahan persawahan warga yang ditanami merupakan lahan pribadi. Sementara, beberapa orang memanfaatkan lahan kayu putih milik perhutani.

"Tak hanya itu, ada juga yang sampai bisa merenovasi rumahnya. Jenis sawah di desa Pucuk ini adalah tadah hujan. Jadi petani cabai mulai bercocok tanam saat hujan," katanya.(sumber: suara.com)
 

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami