Istri Digigit Saat Berhubungan Seksual, Sakit Tapi Menikmati
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Tanya: “Dok, saya baru dua bulan menikah. Setelah sebelumnya enam bulan berpacaran. Nikah di masa Corona, dok. Karena sebelum menikah saya dan istri pacarannya baik, bahkan berciuman dalam pun juga saya hindari untuk mencegah penularan virus Corona, membuat kami setelah resmi sebagai suami istri menjadi sangat bersemangat untuk melakukan hubungan seksual dan mencoba berbagai variasi setiap hari. Tapi ada yang aneh saya rasakan belakangan makanya saya beranikan ini bertanya. Suatu kesempatan saking inginnya berganti variasi, saya mencumbu istri sambil menggigit beberapa area sensitifnya, dan beberapa kali saya memukul bokong dan meremas kencang payudaranya. Anehnya, istri saya bilang itu sakit, tetapi malah membuatnya menjadi menikmati hubungan seksual dan minta terus seperti itu. Saya jadi bingung, dia sakit tetapi menikmati. Ini yang disebut sadomasokisme, atau bagaimana, Dok?” (Adam, Surabaya, 27th)
Jawab: Umumnya bagi kebanyakan orang, digigit dan dipukul akan menimbulkan rasa nyeri, atau rasa sakit yang tidak nyaman. Dan bisa jadi hampir semua pasangan pernah saja sesekali memiliki pengalaman dengan rasa sakit atau nyeri saat berhubungan seksual. Logikanya rasa sakit atau rasa tidak menyenangkan tentu saja akan mengganggu hubungan seksual. Tetapi tidak cuma karena gigitan atau pukulan, sebenarnya rasa sakit atau nyeri saat hubungan seksual bisa disebabkan karena tidak siap dalam melakukan hubungan seksual, hilangnya minat atau dorongan seksual, pengalaman seksual sebelumnya yang tidak menyenangkan atau bisa juga dikarenakan hal lain seperti sedang sakit atau ada infeksi di alat kelamin. Tetapi, pada kenyataannya justru cukup banyak juga orang yang justru di saat nyeri itu muncul malah merasakan kenikmatan yang lebih dari biasanya, atau dianggap sebagai sebuah pengalaman seksual baru yang berbeda, dan bisa dinikmati.
Tentu saja hal ini akan berbatas tipis dengan pelaku Sadomasokisme (Sadism and Masochism). Di mana yang satu sangat bergairah secara seksual dengan menyakiti, satunya lagi malah senang dengan disakiti. Pada Sadomasokisme, kenikmatan seksual didapatkan dari yang satu merasa dominan dengan menguasai pasangan, yang satu lagi merasa dengan penyerahan diri akan mendapatkan kepuasan seksual dengan menikmati nyeri walau tanpa ada hubungan seksual yang penetratif.
Jadi, tanpa hubungan seksual sesungguhnya, itu Sadomasokisme. Sedangkan rasa sakit yang dimaksud oleh penanya kali ini adalah kemungkinan besar rasa nyeri dalam aktivitas seksual yang dirasakan dari gigitan di area sensitif, pukulan di bokong dan remasan di payudara, karena sebelumnya nampaknya sudah melakukan hubungan seksual yang biasa, yang dinikmati dengan rileks, lembut dan menyenangkan tanpa rasa sakit. Artinya, tetap menikmati hubungan seksual yang biasa. Jadi ini bukan sadomasokisme.
Hubungan antara rasa sakit dan kesenangan dalam seksualitas manusia adalah sangat kompleks. Tidak bisa dipungkiri banyak pasangan saat melakukan hubungan seks bisa dikejutan oleh kenikmatan mendalam yang menyatu dengan rasa sakit. Rasa sakit yang kerap muncul malah bisa ditunggu-tunggu kehadirannya untuk dinikmati.
Cinta, seks, rasa sakit dan aktivitas kekerasan fisik maupun psikis dapat merangsang pelepasan bahan kimia dan hormon yang sama dalam otak dan tubuh manusia. Endorfin yang menjadi biang rasa senang dan nikmat yang dirasakan tubuh, sesungguhnya dapat dilepaskan dalam pengalaman yang menyakitkan sekaligus rasa menyenangkan. Stres dan sakit juga dapat merangsang produksi serotonin serta melatonin di otak yang mengubah pengalaman menyakitkan menjadi rasa menyenangkan. Pelepasan epinefrin secara mendadak juga dapat menyebabkan kemunculan tiba-tiba rasa menyenangkan saat bersamaan merasakan sensasi nyeri.
Di saat seseorang sedang menuju orgasme, di saat tersebut akan mengalami peningkatan toleransi terhadap rasa nyeri. Artinya, akan cenderung tidak mudah merasakan sakit. Setiap orang sejalan dengan pengalaman seksualnya akan memiliki kemampuan untuk mengontrol ereksi, orgasme dan ejakulasinya selama dia sanggup menyingkirkan pengaruh stres psikis dan dalam keadaan sehat fisik. Itu artinya, dia juga akan mampu menarik ulur kontrol rasa nyeri ini, apakah akan diterima sebagai rasa nyeri yang menyakitkan dan akan menjadi pengalaman buruknya dalam hubungan seksual, atau malah sebaliknya menikmati rasa nyeri itu sebagai sensasi yang menyenangkan. Sesungguhnya ini bisa menjadi pilihan dan bisa dikondisikan atau dilatih.
Jadi, dalam kasus seperti di atas sesungguhnya, salah satu inti dari menikmati seks adalah dengan mengeksplorasi ekspresi dan variasi seksual. Jangan takut untuk bereksplorasi dan mengontrol diri untuk menikmati rasa nyeri sekalipun, asal tidak melibatkan bahan-bahan dan alat-alat yang berbahaya. Tetapi ingat, bila rasa nyeri itu memunculkan rasa tidak nyaman dan malah menyakitkan, sebaiknya hentikanlah segera.
Reporter: bbn/oka