search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Total 5 Tewas, Korban Terakhir Banjir Bandang Ditemukan
Selasa, 7 Desember 2021, 21:45 WITA Follow
image

beritabali/ist/Total 5 Tewas, Korban Terakhir Banjir Bandang Ditemukan.

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, NTB.

Setelah melakukan pencarian sejak Senin (6/12) pascakejadian, akhirnya korban terakhir banjir bandang disertai longsor di Desa Batulayar barat, Lombok Barat ditemukan oleh tim SAR gabungan, Selasa (7/12). 

Sehingga total korban meninggal menjadi lima orang. Termasuk bayi atas nama Ladenia, usia enam bulan ditemukan dalam dekapan ibunya, Sumihana (35 tahun) yang juga meninggal dunia.

Kepala Kantor SAR Mataram Nanang Sigit PH mengatakan, korban atas nama H Suri ditemukan dalam keadaan meninggal dunia pada pukul 15.50 WITA.

"Korban ditemukan tertimbun di rumah keluarganya, sekitar 50 meter dari tempat tinggalnya," kata Nanang.

Senin (6/12), lima orang warga setempat terseret banjir bandang dan tertimbun tanah longsor di Desa Batulayar barat. Empat orang ditemukan meninggal dunia atas nama Papuq Temah (80 tahun), Sumiati (50 tahun), Sumiahana (35 tahun), dan bayinya Ladenia yang masih berumur enam bulan. 

Sementara H Suri belum ditemukan hingga Senin petang dan pencarian dihentikan sementara. Kantor SAR Mataram kembali menerjunkan personelnya sejak Selasa pagi ke lokasi longsor untuk melakukan pencarian bersama potensi SAR dari berbagai unsur.

"Akhirnya korban terakhir ditemukan saat memasuki pencarian hari kedua," ungkap Nanang.

H Suri telah diserahkan ke pihak keluarga. Haji Suri, koban yang hanyut dalam banjir di Kecamatan Batu Layar, Kabupaten Lombok Barat masih terus dicari tim gabungan SAR, BPBD NTB, TNI-Polri, dan relawan, sejak pagi di aliran sungai Batu Layar Utara. 

Satu diantaranya yang menjadi lokasi terparah banjir bandang. Sejak pagi tim gabungan menggunakan alat berat mengangkat tumpukan kayu yang menumpuk di salah satu jembatan sungai. 

Di lokasi ini, semua pohon dan batang kayu yang terbawa arus sungai tertahan dan menumpuk. Sementara rumah-rumah di sekitar sungai ambruk tersapu luapan air sungai. 

Hingga pukul 13.00 WITA, korban atas nama H Suri belum ditemukan. Meski menggunakan alat berat, tim masih kesulitan menemukan korban.

Tim melakukan pencarian di lokasi tersebut karena ada kemungkinan tertimbun di bawah tumpukan batang pohon. Sebab dua ekor sapi milik korban ditemukan di lokasi kejadian.

Proses pencarian dilakukan secara hati-hati, sebab air sungai bercampur lumpur masih terus mengalir. Petugas pun menarik dan mengangkat potongan kayu satu per satu. Pihak keluarga menunggu proses pencarian dengan perasaan harap-harap cemas. 

Mereka berharap korban segera ditemukan, dalam kondisi hidup maupun meninggal dunia. Baihaqi (22 tahun), anak kedua H Suri mengaku dia akan menunggu sampai proses pencarian selesai. Dia menginginkan sang bapak segera ditemukan.

Pemuda ini tampak murung sembari melihat tim gabungan melakukan pencarian terhadap ayahnya yang hilang tergerus banjir bandang.

Perasaan Baihaqi campur aduk. Dia terus teringat detik-detik terakhir melihat wajah sang bapak sebelum tersapu banjir bandang.

Pagi itu, Senin (6/12), dia tengah mengerjakan tugas di rumahnya. Sementara sang bapak berada di rumah yang lain. Tidak disangka-sangka hujan yang mengguyur sejak subuh membuat air sungai dekat rumah mereka meluap. 

Sekitar pukul 09.00 WITA, Baihaqi dikagetkan dengan gemuruh dan getaran yang disebabkan banjir bandang. Spontan dia pun keluar rumah dan melihat setengah tubuh bapaknya tenggelam.

Baihaqi pun langsung berupaya sekuat tenaga untuk menyelamatkan sang bapak. Dia nekat melompat ke tengah air tersebut untuk menolong bapaknya. 

Tapi nahas, tubuh Baihaqi justru terhempas dihantam gelombang air sungai yang sangat deras. Dia pun sempat tenggelam.

 Baihaqi berusaha tetap bertahan dan berenang untuk menyelamatkan bapaknya. Tapi nahas sang bapak sudah hilang, hanyut tersapu banjir bandang.  

”Saya loncat mau kejar dia tapi saya terpental sama air juga. Terus saya bangun sudah habis (semua), sudah hilang dia (bapak), sama rumah hanyut,” tuturnya, sembari menahan air mata.

Dia sendiri bisa menyelamatkan diri karena bisa berenang dan posisinya lebih aman dibandingkan sang bapak yang langsung tergerus arus sungai.

Reporter: bbn/lom



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami