search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Wadu Pa'a, Situs Peninggalan Agama Budha di Bima
Senin, 16 Mei 2022, 23:30 WITA Follow
image

beritabali/ist/Wadu Pa'a, Situs Peninggalan Agama Buddha di Bima.

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, NTB.

Situs Wadu Pa'a, atau Batu Pahat merupakan salah satu situs candi tebing yang berada di Desa Kananta Kecamatan Soromandi Kabupaten Bima, Provinsi Nusa Tenggara Barat. 

Masyarakat Bima mayoritas beragama Islam. Namun diperkirakan sebelumnya, pernah ada masuk pengaruh Buddha. Ini terbukti dengan adanya warisan budaya yang dikenal dengan sebutan Wadu Pa'a. 

Wadu Pa'a sendiri dalam  bahasa suku Mbojo terbagi menjadi dua kata yakni Wadu Pa'a. Bila diartikan dalam Bahasa Indonesia menjadi Batu untuk Wadu dan Pahat untuk Pa'a. Jadi Wadu Pa'a adalah Batu yang dipahat. 

Ukiran - ukiran pada Wadu Pa'a mengandung nilai seni ukir yang sangat tinggi karena media ukirannya bukan batu biasa. Melainkan tebing -tebing batu yang berbentuk Stupa dan terdapat ukiran bercorak Sang Buddha, persis seperti relief yang ada di Candi Borobudur. 

Konon ceritanya pada masa lampau, tepatnya  pada abad ke-11. Batu itu dipahat dua orang bersaudara yakni Indra Zamrud  dan Indra Komala yang merupakan anak bangsawan dari Kerajaan Majapahit, Jawa Timur yang bernama Sang Bima, buah perkawinan dari salah satu putri seorang Ncuhi. Ncuhi waktu itu sebutan pemimpin suatu wilayah di Bima atau Kepala Suku sebelum zaman kerajaan. 

Budayawan Bima, Alan Malingi dalam bukunya "Legenda Tanah Bima, " yang mendeskripsikan  di blog "Romantik Bima" menceritakan, saat Sang Bima Hendak meninggalkan tanah Bima, dia didatangi oleh para Ncuhi untuk diminta kesediaan menjadi pemimpin tanah Bima. Pada saat itu, Sang Bima sedang memahat  tebing kaki bukit Lembo, Dusun Sowa, Desa Kananta, kecamatan Soromandi, yang akhirnya tenar dengan Wadu Pa'a. 

Masih dalam tulisannya, Alan Malingi mengurai, dari berbagai literatur sejarah, situs Wadu Pa'a merupakan salah satu situ Candi Tebing yang memiliki nilai historis yang cukup tinggi. Wadu Pa'a merupakan tempat pemujaan agama Buddha, atau mengandung unsur Buddha dan Siwa. 

Hal itu diperkuat dengan ditemukannya relief Ganesha, Mahaguru, Lingga - Yoni, relief Buddha (Bumi  Sparsa Mudra) termasuk stupa yang menyerupai bentuk stupa Goa Gajah di Bali atau stupa - stupa di Candi Borobudur yang berasal dari abad X. 

Hal itu didukung dengan terteranya Candrasangkala pada prasasti yang berbunyi "Saka Waisaka Purnamasidi atau tahun 631 Caka Masehi".

Terlepas dari cerita itu yang jelas Wadu Pa'a merupakan destinasi wisata budaya yang cukup potensial. Tidak saja  bagi Kabupaten Bima, tetapi juga bagi NTB. 

Beberapa bentuk pahatan yang bernilai seni rupa yang indah dan mempesona. Letaknya juga berada di dalam sebuah teluk kecil yang menjadi persinggahan perahu nelayan saat gelombang besar di perairan laut Flores. Masyarakat sekitar menyebutkan So Wadu Pa'a atau Teluk Batu Pahat. 

Keberadaan situs ini juga  menjadi andalan destinasi wisata Kabupaten Bima.

Reporter: bbn/lom



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami