search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Mitsuhito dan Araki, Tentara Jepang Membantu Pejuang di Bali
Rabu, 17 Agustus 2022, 13:18 WITA Follow
image

beritabali.com/ist/Mitsuhito dan Araki, Tentara Jepang Membantu Pejuang di Bali

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, BADUNG.

Sejarah perjuangan bangsa Republik Indonesia banyak yang masih terpendam. Salah satunya cerita perjuangan di Desa Penarungan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung.

Salah satu cerita perjuangan kemerdekaan Indonesia di Bali, disampaikan warga Penarungan, Nyoman Susanta. 

Ayah Susanta, seorang pejuang bernama Ketut Receh, dulu menjabat sebagai Ketua "Markas W"

Pada masa pertempuran itu, ayahnya menyebut ada dua tentara Jepang terlihat kebingungan di salah satu tempat di wilayah Badung.

Kedua tentara Jepang masing-masing bernama Mitsuhito dan Araki telah menyerah tanpa perlawanan dan mengibarkan bendera putih. Akhirnya kedua tentara Jepang tersebut diajak ke "Markas W" Penarungan dan mereka berjanji akan membantu perjuangan.

"Mereka menyerah tanpa perlawanan dan mengibarkan bendera putih sehingga, para intel kemerdekaan berani mendekati mereka. Saat itu, tidak ada kecurigaan dari masyarakat, mereka melihat kedua orang Jepang ini sangat polos," tutur Susanta beberapa waktu lalu. 

Akhirnya, keduanya diajak bergabung serta diberi tugas melatih para pejuang di Blumbungan, Sibang, Badung. Selain itu, keduanya ditugaskan mencari senjata di Tangsi Militer Jepang.

Kedua tentara Jepang ini dijadikan anak angkat oleh ayahnya, dan langsung diberi nama orang Bali, Sukra dan Sukri.

"Mereka sudah diadopsi oleh Ketua "Markas W", Bapak saya (Ketut Receh) dan menjadi (memeluk agama) Hindu. Mereka juga ingin diaben kalau gugur dalam perang, demikian cerita ayah saya," ujarnya.

Menurut cerita ayahnya, pahlawan I Gusti Ngurah Rai sempat meminta bantuan ke "Markas W". Kemudian kedua orang Jepang tersebut dikirim ke Batalion I Gusti Ngurah Rai yang berkedudukan di Marga, Tabanan. 

Namun sayang, dalam perjalanan Wayan Sukra (Mitsuhito) tewas tertembak tentara Belanda. Sementara Made Sukri (Araki) berhasil membantu Gusti Ngurah Rai dan gugur dalam pertempuran di Marga Tabanan. 

Mitsuhito dan Araki tidak pernah mengunjungi rumah orang tua angkatnya karena bersembunyi di markas. 

"Pesan terakhirnya dari cerita ayah saya saat masih ada, kalau mereka gugur nantinya ingin diupacarai seperti Agama Hindu," ujarnya, sembari menambahkan bahwa ayahny Ketut Receh telah meninggal dunia tahun 1955 karena sakit.

Editor: Juniar

Reporter: bbn/tim



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami