Alasan Israel Baru Sekarang Sudi Akui Negara Palestina
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DUNIA.
Dunia heboh ketika Perdana Menteri Israel, Yair Lapid, dengan lantang menyuarakan dukungan pembentukan negara Palestina dalam sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ke-77, Kamis (22/9). Dalam pidatonya, Lapid menegaskan dukungan Israel terhadap solusi dua negara sebagai cara mengakhiri konflik dengan Palestina.
Dengan solusi tersebut, Palestina dan Israel berdiri sebagai negara berdaulat, merdeka, dan hidup berdampingan. Solusi dua negara memang telah menjadi salah satu resolusi konflik Israel-Palestina yang selama ini didorong komunitas internasional.
Namun, sebelum Lapid menjabat sebagai perdana menteri, Israel tidak pernah secara gamblang menyepakati solusi tersebut. Tel Aviv bahkan berulang kali menentang pembentukan negara Palestina.
"Sebuah kesepakatan dengan Palestina, berdasarkan solusi dua negara untuk dua bangsa adalah hal yang tepat untuk keamanan Israel, untuk ekonomi Israel dan untuk masa depan anak-anak kita," kata Lapid seperti dikutip Reuters.
"Sejarah ditentukan oleh manusia. Kita perlu memahami sejarah dan menghormatinya dan belajar dari itu, tapi juga bersedia untuk berubah. Demi memilih masa depan daripada masa lalu, memilih perdamaian dari peperangan," ucap Lapid lagi.
Israel merebut Yerusalem Timur, Tepi Barat, dan Jalur Gaza yang merupakan wilayah Palestina saat perang 1967. Berbagai upaya negosiasi telah dilakukan kedua negara namun, perundingan damai Israel-Palestina yang ditengahi Amerika Serikat pun gagal disepakati pada 2014.
Upaya untuk mencapai solusi dua negara antara Israel dan Palestina pun telah lama mandek. Palestina dan kelompok pemerhati HAM menuding Israel terus memperluas daerah pendudukannya terutama di Tepi Barat.
Perang singkat juga beberapa kali terjadi antara milisi Palestina di Jalur Gaza dan militer Israel yang memperburuk prospek perdamaian. Sejak Lapid menegaskan posisinya terkait solusi dua negara, berbagai pertanyaan pun langsung muncul, terutama mengenai alasan Israel baru menyatakan dukungan secara terbuka ini sekarang.
Duta Besar AS untuk Israel, Tom Nides, menilai pidato Lapid itu menunjukkan "keberanian" karena secara blak-blakan mendukung solusi dua negara.
Namun, seorang pejabat senior Organisasi Pembebasan Palestina, Wasel Abu Youssef, menganggap bahwa kata-kata Lapid dalam pidatonya itu "tidak berarti apa-apa" pada prospek perdamaian kedua negara.
Sementara itu, pengamat hubungan internasional dari Universitas Muhammadiyah Riau, Fahmi Salsabila, mengatakan bahwa pernyataan Lapid cuma upaya untuk mencari dukungan menjelang pemilu legislatif pada 1 November mendatang.
"Biasa itu mendekati pemilu, bisa jadi mencari simpati pendukungnya warga negara Israel keturunan Arab," kata Fahmi.
Baca juga:
Menang Lotre Rp4 M, Pria Ini Puyeng
Ia bahkan menegaskan pernyataan Lapid bukan karena ingin damai, tapi semata bermuatan politis.
"Enggak [murni ingin damai]. Sudah biasa menjelang pemilu. Masing mending ini. Biasanya [Israel] menyerang Jalur Gaza untuk mendapat dukungan dari Yahudi garis keras," ucap Fahmi.
Pengamat hubungan internasional dari Universitas Indonesia, Suzie Sudarman, juga menilai ucapan Lapid omong kosong.
"Ucapan Perdana Menteri tidak terlampau banyak artinya. Hanya sebuah sinyal kepada dunia, khususnya Presiden Amerika Serikat, [Joe] Biden, bahwa Israel tetap berniat baik," kata Suzi kepada CNNIndonesia.com, Selasa (28/9).
Lebih lanjut, Suzie menyinggung soal Lapid yang berasal dari Partai Yesh Atid. Partai itu dikenal berhaluan tengah atau moderat.
Sementara itu, Presiden AS saat ini, Biden, juga berasal dari Partai Demokrat, yang mengutamakan solusi dua negara.
"Jelas arahan Presiden Biden ke Israel bahwa solusi dua negara perlu dihidupkan kembali," ujar Suzie.
Omong kosong ini semakin terlihat ketika pasukan Israel dilaporkan menyerbu Jalur Gaza hanya beberapa hari setelah Lapid berpidato di sidang Majelis Umum PBB.
Pada Selasa petang, International Middle East Media melaporkan Angkatan Laut Israel menyerang kapal nelayan Palestina di utara Jalur Gaza, Rafah, dan selatan jalur itu, Beit Lahia.
Di Tepi Barat, konflik juga masih kerap berkecamuk. Pada akhir pekan lalu, pasukan Israel menembak milisi Palestina saat operasi rutin di dekat Nablus.(sumber: cnnindonesia.com)
Editor: Juniar
Reporter: bbn/net