Negara Ini Bakal Gantikan Cina Jadi Raksasa di Asia
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DUNIA.
India digadang-gadang bakal menjadi pesaing baru bagi Amerika Serikat dan Cina. Bahkan negara tersebut diprediksi menjadi kekuatan baru ekonomi di Asia bahkan dunia, dan menjadi pemberi utang terbesar di kawasan.
Berdasarkan laporan Financial Times, India mulai menyaingi Cina sebagai kreditur pinjaman luar negeri ke negara-negara tetangga, termasuk penerima dana Belt and Road (BRI) Cina. Negeri Bollywood tersebut menggelontorkan puluhan miliar dollar untuk mendanai berbagai proyek, termasuk membantu negara yang sedang kesulitan keuangan seperti Sri Lanka dan Maladewa.
Di Maladewa, India mendanai 'Proyek Konektivitas Malé Raya' yang bernilai US$ 500 juta (Rp7,7 triliun). Bollywood juga membangun sebuah jembatan sepanjang 7 km yang menghubungkan ibu kota dengan beberapa pulau lain di sekitarnya.
"Pemerintahan Perdana Menteri (PM) Narendra Modi mulai mengembangkan perasaan bahwa India perlu melakukan sesuatu," kata peneliti senior di Institut Kebijakan Masyarakat Asia di Delhi, C Raja Mohan, dikutip Jumat (2/12/2022)
"Kontestasi geopolitik dengan Cina jauh lebih hidup," tambahnya.
Di bawah kepemimpinan Modi, ia melakukan ekspansi kredit yang jumlahnya hampir tiga kali lipat dibanding 8 tahun periode sebelumnya. Pinjaman melalui administrasi pembangunan India ini meningkat dengan total US$ 32,5 miliar.
"Kumulatif bantuan pembangunan India sejak kemerdekaannya pada tahun 1947 meningkat hampir dua kali lipat dari US$ 55 miliar menjadi US$ 107 miliar sejak tahun 2014," menurut think-tank RIS yang didukung pemerintah.
Meski masih berada di bawah skala Cina, India telah memberikan lebih dari 300 jalur kredit untuk sekitar 600 proyek, mulai dari pabrik semen di Djibouti hingga jembatan Maladewa. India juga telah mendanai segalanya mulai dari kursus pelatihan hingga pemulihan situs budaya luar negeri seperti masjid dan kuil.
"India tidak memiliki kemampuan untuk meningkatkan sejauh BRI. Tapi itu melakukan sesuatu, dalam ruang lingkupnya, di mana ia menawarkan persaingan ke Cina," tambah Mohan.
India diprediksi akan berada di urutan ketiga ekonomi terbesar di dunia pada 2030. Ia menyusul Amerika Serikat (AS) dan Cina yang berada di urutan pertama dan kedua. Posisi ini tentunya melampaui negara-negara dengan ekonomi terbesar lainnya, seperti Jepang, Jerman, dan Inggris.
"Penggerak ini akan menjadikan ekonomi dan pasar saham [India] terbesar ketiga di dunia sebelum akhir dekade ini," tulis analis Morgan Stanley yang dipimpin oleh Ridham Desai dan Girish Acchipalia dalam laporan tersebut.
Proyeksi tersebut diungkapkan oleh S&P Global dan Morgan Stanley. S&P mengacu pada pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) yang akan mencapai rata-rata 6,3 persen hingga 2030 sementara Morgan Stanley memperkirakan PDB India kemungkinan meningkat lebih dari dua kali lipat hingga 2031.
Pertumbuhan ekonomi secara signifikan ini bahkan telah terlihat dari laporan pertumbuhan PDB secara tahunan (year-on-year/yoy) India sebesar 6,3 persen pada kuartal III-2022, angka ini sedikit lebih tinggi dari perkiraan jajak pendapat Reuters sebesar 6,2 persen.
Morgan Stanley mengungkapkan investasi di berbagai bidang menjadi pendorong kenaikan pertumbuhan ekonomi India.
"India memiliki kondisi untuk ledakan ekonomi yang didorong oleh offshoring, investasi di bidang manufaktur, transisi energi, dan infrastruktur digital negara yang maju," tambahnya.(sumber: cnbcindonesia.com)
Editor: Juniar
Reporter: bbn/net