Pasien Jantung Cenderung Berobat ke Luar Negeri
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, BADUNG.
President Association of Thoracic & Cardivascular Surgeons of Asia (ATCSA), Tarmizi Hakim mengaku prihatin, karena hingga saat ini kalangan pejabat masih kurang memberi contoh untuk berobat di dalam negeri khususnya dalam masalah penyakit jantung.
"Masih memprihatinkan kondisinya. Sekitar 50 persen pasien penyakit jantung di Indonesia memilih berobat ke luar negeri. Ini yang kurang di kita, pimpinan barangkali kurang memberi teladan, misalnya setingkat menteri sedikit-sedikit ke luar negeri.
Ini tidak kondusif, harus diperbaiki dari percontohan, percayalah pada kemampuan bangsa sendiri," ujar Tarmizi saat ditanya usai membuka acara 18th Biennial Conggres Association of Thoracic & Cardiovascular Surgeons of Asia (ATCSA), di Nusa Dua, Senin (26/11).
Tarmizi mengaku masih bangga dengan mantan presiden Soeharto yang ketika masih menjabat lebih memilih berobat di dalam negeri. Begitu juga mantan Perdana Menteri Malaysia Mahatir Muhammad yang juga tidak memilih berobat ke luar
negeri, namun lebih percaya kepada kemampuan bangsanya sendiri.
"Itu yang kita harapkan dari para pemimpin untuk memberikan contoh. Idealisme seorang pemimpin," kata Tarmizi.
Menurut Tarmizi, dengan kemajuan Indonesia yang sudah dicapai di bidang ahli jantung saat ini, tak ada alasan lagi orang Indonesia untuk berobat ke luar negeri, seperti Malaysia, Singapura, Amerika, dan Eropa. Sebab, pakar-pakar bedah jantung Indonesia sudah sejajar dengan pakar dunia. Dan ini yang perlu disampaikan ke masyarakat, bahwa percaya diri harus datang dengan kompetensi.
Dipilihnya Indonesia sebagai tuan rumah kongres, kata Tarmizi, juga membuktikan pengakuan akan kemajuan Indonesia di bidang penyakit jantung.
"Pakar jantung di dalam negeri sudah bisa melakukan tindakan operasi dengan sangat bagus. Tiap orang bisa melakukan tindakan operasi sampai 500 kali dalam setahun," ucapnya.
Tarmizi juga berharap kepada merintah agar lebih memberikan peran lebih besar kepada rumah sakit swasta. Hal ini dimaksudkan untuk bisa menampung pasien Indonesia yang mampu yang biasanya berobat ke rumah sakit swasta di
Singapura. Jadi, uang mereka tidak sampai lari ke luar negeri.
Reporter: bbn/ctg