search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Alasan Gelora Tolak PKS Ikut Koalisi: Kerap Serang Prabowo dan Gibran
Senin, 29 April 2024, 11:20 WITA Follow
image

beritabali.com/cnnindonesia.com/Alasan Gelora Tolak PKS Ikut Koalisi: Kerap Serang Prabowo dan Gibran

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, NASIONAL.

Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia menolak PKS untuk bergabung ke koalisi pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka pada 2024-2029.

Alasannya adalah kerap menyerang negatif Prabowo-Gibran dan Jokowi saat Pilpres 2024, serta dinilai kerap mengeluarkan narasi yang mengadu domba dan membelah masyarakat.

"PKS selama ini kerap memunculkan narasi yang mengadu domba dan membelah masyarakat," kata Sekjen Gelora Mahfuz Siddik dalam keterangan resminya, Minggu (28/4).

Mahfuz mencontohkan PKS kerap melakukan serangan negatif secara masif kepada Prabowo-Gibran Rakabuming Raka serta Presiden Joko Widodo (Jokowi) selama masa kampanye Pilpres 2024.

Ia juga menganggap PKS sempat mengeluarkan narasi dan cap pengkhianat kepada Prabowo lantaran bergabung dalam Kabinet pemerintahan Joko Widodo (Jokowi)-Ma'ruf Amin usai Pilpres 2019.

"Ketika pada 2019 Prabowo Subianto memutuskan rekonsiliasi dengan Jokowi, banyak cap sebagai pengkhianat kepada Prabowo Subianto. Umumnya datang dari basis pendukung PKS," ujarnya.

Mahfuz menegaskan selama ini Jokowi dan Prabowo kerap kali mengingatkan untuk tidak menarasikan membelah politik dan ideologi. Baginya, narasi seperti demikian memiliki risiko membelah masyarakat secara politis dan ideologis.

"Padahal itu yang sering diingatkan oleh Presiden Jokowi dan capres Prabowo," kata Mahfuz yang juga dikenal pernah menjadi elite PKS tersebut.

Apa kata pendukung fanatik PKS?

Selain itu, Mahfuz menilai jika PKS bergabung ke koalisi Prabowo pertanda sinyal ada pembelahan antara partai tersebut dengan massa ideologisnya.

"Jika sekarang PKS mau merapat karena alasan proses politik sudah selesai, apa segampang itu PKS bermain narasi ideologisnya? Apa kata pendukung fanatiknya? Sepertinya ada pembelahan sikap antara elite PKS dan massa pendukungnya," ujar dia.

PKS pada Pilpres 2024 lalu mengusung pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar bersama PKB dan NasDem. Baik PKB dan NasDem belakangan ini memberi sinyal akan bergabung ke koalisi Prabowo-Gibran.

Sementara Partai Gelora sebagai salah satu parpol yang ikut mendukung pasangan Prabowo-Gibran bersama Golkar, Gerindra, Demokrat, PAN, PBB, PSI hingga Partai Prima.

Elite-elite Partai Gelora merupakan matan petinggi PKS. Mereka di antaranya Ketum Partai Gelora Anis Matta yang sempat menjadi presiden PKS. Kemudian Waketum Partai Gelora Fahri Hamzah dulunya juga merupakan politikus PKS. Mahfuz yang kini menjabat Sekjen Partai Gelora juga sempat menjadi pimpinan Fraksi PKS di DPR. (sumber: cnnindonesia.com)

Editor: Juniar

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami