Erdogan Telepon Putin Minta Rusia Habisi Kurdi Imbas Bom Istanbul
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DUNIA.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan meminta Presiden Rusia Vladimir Putin membersihkan pasukan Kurdi dari Suriah Utara, yang dianggap bertanggung jawab atas ledakan bom di Istanbul pada November lalu. Pernyataan itu muncul saat Erdogan telepon Putin pada Minggu (11/12).
Baca juga:
Putin Beraksi, Rusia Ancam AS Hingga Jepang">'Saudara Kembar' Putin Beraksi, Rusia Ancam AS Hingga Jepang
"Penting untuk membersihkan (milisi Kurdi) dari perbatasan hingga setidaknya 30 kilometer," kata Erdogan, seperti dikutip Times of Israel.
Ia menegaskan tindakan itu adalah prioritas. Dalam percakapan tersebut, Erdogan juga mengancam akan melancarkan serangan darat ke Suriah utara untuk mengusir pasukan Kurdi. Beberapa pasukan Kurdi berada di daerah di bawah kendali militer Rusia.
Selain itu, Erdogan menuduh Rusia gagal menindaklanjuti kesepakatan tersebut. Turki dan Rusia terlibat dalam perjanjian 2019. Kesepakatan ini berisi penetapan zona aman dan mengakhiri serangan lintas batas dari wilayah Suriah.
Sementara itu, Kremlin mengonfirmasi perjanjian 2019 juga dibahas dalam pembicaraan Erdogan-Putin.
"Pertahanan dan layanan luar negeri kedua negara akan mempertahankan kontak dekat untuk hal ini," demikian pernyataan resmi Kremlin.
Moskow dan Ankara telah bekerja sama secara erat menyoal Suriah. Beberapa bulan terakhir, Rusia juga mendorong rekonsiliasi antara Turki-Suriah.
Rusia juga dianggap sebagai pemain kunci dalam konflik Suriah yang mendukung Presiden Bashar Assad.
Pada 14 November lalu, bom meledak di Istanbul. Imbas kejadian ini, enam orang meninggal.
Pemerintah Turki menyalahkan Partai Pekerja Kuristan (PKK) dan afiliasinya di Suriah Utara, Unit Perlindungan Rakyat (YPG), sebagai dalang serangan tersebut. Namun, kelompok Kurdi menyangkal serangan di Istanbul.
Sejak 20 November, Turki meluncurkan artileri dan serangan pesawat tak berawak di dekat perbatasan Kurdi sebagai respons ledakan bom.
PKK kerap mengobarkan pemberontakan melawan Turki selama 38 tahun. Organisasi ini terdaftar sebagai organisasi teroris oleh Turki, Amerika Serikat, dan Uni Eropa.
Namun, Uni Eropa dan AS tak menetapkan YPG sebagai kelompok teror.(sumber: cnnindonesia.com)
Editor: Juniar
Reporter: bbn/net