search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Izinkan Natal-Halloween, Apa Benar Saudi Larang Perayaan Maulid Nabi?
Kamis, 3 November 2022, 13:47 WITA Follow
image

beritabali.com/cnnindonesia.com/Izinkan Natal-Halloween, Apa Benar Saudi Larang Perayaan Maulid Nabi?

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DUNIA.

Arab Saudi baru-baru ini telah merayakan festival Halloween. Beberapa pihak membandingkan perayaan ini dengan Maulid Nabi Muhammad yang dilarang kerajaan.

Perbandingan itu banyak muncul di media sosial. Salah satu yang turut menyuarakan adalah pemilik akun @rashid88861.

"Apakah merayakan Maulid Nabi adalah sebuah inovasi [yang berarti bid'ah di Saudi] dan merayakan Halloween adalah sunnah? Tuhan cukup, dan ya, ini agen," kata dia.

Warganet lain menyerukan hal serupa.

"Perayaan Halloween di Riyadh, Arab Saudi. GEA Saudi mengadakan acara yang disebut "Scary Weekend", sementara perayaan Maulid masih dilarang," tulis pemilik akun @Musa_Maliki di Twitter.

Halloween di Saudi dilaporkan dikemas dalam acara yang disebut Scary Weekend. Acara ini merupakan rangkaian dari Riyadh Season.

Meski identik dengan perayaan Halloween, sejumlah warga menyebut festival itu bukan perayaan Halloween melainkan pekan kostum horor.

Terlepas dari itu, apakah Saudi melarang perayaan Maulid Nabi Muhammad?

Saudi tetap mengizinkan bagi warga yang merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW di negara tersebut. Setidaknya demikian dalam pemberitaan di Arab News bahwa pada 2020 sejumlah warga yang ingin merayakan Maulid Nabi tetap diperbolehkan. 

Perayaan Maulid atau kelahiran Nabi Muhammad biasanya dirayakan di wilayah Barat Saudi, Hijaz. Perayaannya tentu tidak besar-besaran seperti di sejumlah negara mayoritas muslim.

"Kami merayakan secara sederhana dengan mendengar pembacaan riwayat Nabi dan mendengarkan puji-pujian untuk Nabi yang tertulis dalam bentuk syair atau prosa dari berbagai sumber terdahulu," tutur salah satu tokoh agama Islam di Hijaz, Usama Al-Kubaisi, seperti dikutip dari Arab News.

Tepat di bulan Rabiul Awal kelahiran Nabi, para warga Hijaz merayakannya dengan melakukan santunan dengan membagikan makanan hingga uang kepada orang-orang miskin di sana. Puncak perayaan tentu pada 12 Rabiul Awal yang merupakan tanggal lahir Nabi.

Tak Ada Perayaan Resmi Maulid Nabi dari Kerajaan Saudi

Meski tak melarangi, Kerajaan Saudi secara resmi memang tidak ikut merayakan Maulid Nabi Muhammad karena perbedaan pandangan sesuai mazhab dan ajaran resmi negara itu.

Arab Saudi memiliki mazhab resmi yakni Hambali. Namun, negara ini tak lepas dari citra ajaran Salafi-Wahabi.

Wahabi sendiri merupakan ajaran yang berpegang pada Al-Quran-hadis, dan ingin memurnikan Islam atau purifikasi seperti di zaman Nabi Muhammad dan tiga generasi setelahnya. Beberapa pengamat menilai ajaran Wahabi ketat dan menolak inovasi karena dianggap tak sesuai ajaran Islam atau bidah.

"Saudi dengan Wahabinya sangat ketat dan menolak segala bentuk akulturasi Islam dan kebudayaan (bidah)," kata pakar kajian Timur Tengah dari Universitas Indonesia, Sya'roni Rofii, pada Senin (31/10). 

Sementara itu, peringatan Maulid Nabi Muhammad dianggap sebagai bidah yang tidak dianjurkan atau dicontohkan di zaman Nabi sehingga Saudi melarangnya. Pada 2015 lalu, ulama besar Saudi Sheikh Abdul Aziz Al-Asheikh memperingatkan agar tak merayakan Maulid Nabi.

"Itu bidah yang menyusup ke dalam Islam setelah tiga abad pertama ketika para sahabat dan penerus para sahabat hidup," kata Al-Asheikh, seperti dikutip Arab News.

Al-Asheikh kemudian mengatakan mereka yang meminta orang lain merayakan Maulid Nabi adalah jahat dan korup.

Ia juga menekankan umat Muslim wajib mengikuti ajaran Nabi sebagaimana tercantum dalam Sunnah, kata syekh dalam khutbah Jumat berjamaah di masjid Imam Turki bin Abdullah di Riyadh.

"Cinta sejati Rasulullah dimanifestasikan dengan mengikuti jejaknya dan mendukung Sunnahnya itulah bagaimana cinta untuk Nabi (Muhammad) diungkapkan," kata Al-Asheikh.

Wahabi melekat dalam diri Saudi karena pendiri paham ini, Muhammad bin Abdul Wahhab, berkontribusi dalam membangun negara teokrasi atau berbasis agama dalam hal ini Islam.

Pemerintah juga mengadopsi paham ini sebagai sistem politik dan menganggap pendirian Wahabisme sebagai bagian dari negara.

Selama ini, Wahabi identik sebagai paham yang tak terhadap ramah perempuan. Paham tersebut "merumahkan perempuan" dan menganggap suara mereka sebagai aurat.

Selain itu, perempuan harus tunduk pada laki-laki yang dianggap lebih berkuasa.(sumber: cnnindonesia.com)
 

Editor: Juniar

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami